Kamis, 09 Juni 2016

Usia ke-79 Tahun, Kemajuan Kota Metro Seperti Apa?


Kota Metro, siapa sih yang tidak mengenal kota yang satu ini. Bagi warga Lampung Tengah dan Lampung Timur khususnya, sudah akrab dengan nama kota yang satu ini. Ketiga kabupaten tersebut tergabung dalam satu kabupaten besar, Lampung Tengah yang beribukota di Metro. Namun sejak tahun 1999, sebagian kecamatan di Lamteng akhirnya berpisah dan menjadi Lamtim, begitu pula dengan Metro, yang ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya, dan karena itulah, pusat pemerintahan Lamteng dipindahkan ke Gunung Sugih.

Sejak didirikan tahun 1937, Metro yang pada mulanya kampung dan bedeng, kini berkembang menjadi sebuah kota. Walaupun kota kecil, namun berdampak besar terhadap kemajuan ekonomi warganya maupun kecamatan tetangga (Punggur, Pekalongan, Metro Kibang dan Trimurjo). Tak heran, banyak pasar-pasar, masjid megah, taman kota, kampus, dan toko buku, semuanya ada di kota kecil ini.

Saya sudah 18 tahun bertempat tinggal di Lampung, dan sudah sering jalan-jalan ke kota pendidikan di Lampung tersebut, makanya saya paham benar suasana di kota Metro tersebut. Oleh karena itu, saya paparkan kemajuan yang diperlihatkan Kota Metro selama 79 tahun, sejak didirikan sebagai kotamadya mandiri, sampai saat ini.

1. Pasar-pasar, bank, dan toko-toko sudah lengkap tersedia
Sejak dahulu, pasar Cendrawasih dan pasar Kopindo sudah menjadi tempat utama warga Metro dan warga sekitarnya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, baik pangan, sandang, dan kebutuhan sekunder lainnya. Namun, seiring dengan kemajuan zaman, model pasar baru di kota Metro pun bermunculan, baik supermarket maupun minimarket.

Bagi masyarakat Metro dan sekitarnya, nama supermarket Chandra tentu tidak asing lagi. Letaknya yang strategis, di pusat kota membuat banyak orang yang mampir ke supermarket lokal ini, begitu pula, minimarket kelas atas seperti Alfamart, Indomaret dan minimarket lokal, Menara Metro, serta berbagai macam pertokoan baik toko buku, bangunan, sepatu dan lainnya, begitu juga dengan bank, bertebaran di kota kecil ini.

Namun, keberadaan supermarket di Metro, tidak sendiri. Pada tahun kemarin, Giant Express, hadir di Kota Metro, terletak di Jalan A. Yani, yang berjarak 1 km dari pusat kota. Tentunya, ini menjadi tempat alternatif pilihan berbelanja masyarakat di supermarket, karena kebutuhan tidak jauh berbeda dan sama lengkapnya, dibanding Supermarket Chandra yang sudah lebih dulu ada.

2. Ada Mall di Samping Pasar Cendrawasih
Pasar-pasar Cendrawasih dan Kopindo sudah berdiri sejak 1980-an, yang berarti bangunan tersebut sudah tua dan perlu ada pasar yang lebih modern. Pada era 2010-an, dibangunlah Metro Mega Mall, pusat pembelanjaan terpadu yang terdiri dari ruko dan toko-toko lainnya (namun, nggak mirip-mirip amat dengan mall modern di kota besar). Keberadaan mall tersebut akan menjadikan Kota Metro sebagai kota terbesar kedua di Lampung, setelah Bandar Lampung. Tentu saja, akan meramaikan jumlah pengunjung yang akan bebelanja di mall baru tersebut.

3. Ada Restoran KFC dan Timezone di Pusat Kota Metro
Ternyata, Kota Metro juga memiliki restoran KFC lho! Restoran yang terletak di pusat kota Metro tersebut dikenal dengan ayam goreng yang lezat, dan tepat di sebelah kiri KFC, ada toko buku Salemba. Di lantai dua, terdapat tempat jualan pakaian dan tas, dan di lantai puncaknya, ada Timezone, wahana bermain bagi anak-anak. Ketiga tempat tersebut tehubung dengan Chandra Supermarket yang terletak di Pertokoan Sumur Bandung.

4. Masjid Taqwa hadir dengan tampilan baru
Masjid yang satu ini memang menjadi icon Kota Metro, dan menjadi masjid terbesar dan termegah di Kota Metro. Namun sekarang, Masjid Taqwa tampil ‘beda’ dengan arsitek bangunan yang jauh lebih indah, dan dapat menampung jamaah yang lebih banyak. Padahal, bangunan ini dahulunya masjid sederhana dari kayu yang dibangun pada era kolonial, dan diperluas pada tahun 1969, dan direnovasi tahun 1989. Setelah lebih dari 20 tahun, masjid Taqwa kemudian dipugar tahun 2013 dan selesai satu tahun kemudian. Bangunannya kini berlantai dua dengan arsitek yang lebih modern.

5. Air mancur di Taman Kota yang Berganti dengan Tugu Kota Metro
Dahulu, bangunan di tengah taman kota Metro, berupa air mancur berbentuk lingkaran. Namun, air mancur di tengah taman tersebut menghilang dan berganti dengan tugu Kota Metro, dengan bola dunia yang terbuat dari perunggu. Tugu tersebut dinamakan dengan tugu Meterm, yang akan mengenang kembali tugu yang sama (lama) yang dibangun oleh Kolonial Belanda.

6. Dibangunnya Perpustakaan di Jantung Kota Metro
Perpustakaan yang terletak di Kota Metro ini dibangun pada tahun 2002, dan menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa. Setiap harinya, banyak pelajar dan mahasiswa yang datang untuk membaca dan meminjam buku. Tentunya, ini merupakan awal yang baik untuk mencerdaskan generasi bangsa.

Namun, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, tak terkecuali Kota Metro. Meskipun telah menjadi kota pelajar di Lampung, bukan berarti tidak ada kekurangannya. Berikut ini ada beberapa kekurangan/yang belum ada di Kota Metro:

1. Belum ada PTN mandiri yang berdiri di kota Metro, minimal Universitas.
Meskipun ada PTN, itupun cabang, seperti PGSD Unila, dan ada 1 PTAIN, walaupun hanya sekolah tinggi, yaitu STAIN Metro, sisanya adalah PTS. Hal ini sangat memberatkan calon mahasiswa yang kurang mampu, apalagi calon siswa yang ingin kuliah di luar kota namun dilarang oleh orangtuanya. Sebagai kota pendidikan, seharusnya kota Metro memiliki minimal 1 PTN dengan jurusan yang lebih lengkap seperti di Unila (baca di sini), agar calon mahasiswa tak perlu jauh-jauh ke luar kota demi menempuh pendidikan yang lebih tinggi, agar disetarakan dengan kota pelajar seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang yang lebih dahulu memiliki  PTN.

2. Belum memiliki Toko Buku Gramedia di Kota Metro
Sebagai kota pendidikan, keberadaan toko buku berkualitas mutlak diperlukan. Walaupun sudah memiliki perpustakaan daerah dan beberapa toko buku, bagi saya belumlah cukup. Banyak masyarakat yang tetap saja kesulitan mendapatkan buku tertentu, apalagi buku-buku terbitan kelompok KG, sehingga mereka terpaksa menuju ke Bandar Lampung demi membeli buku (selengkapnya baca di Kapan Toko Buku Gramedia Hadir di Kota Metro).
Ingat, kehadiran Toko Buku Gramedia di Kota Metro hanya sebagai pelengkap, tanpa mengensampingkan toko buku yang telah ada. Ini bertujuan untuk memperkaya koleksi buku dan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan buku-buku tertentu. Dengan beragamnya buku, berarti banyak pilihan masyarakat Metro dan sekitarnya untuk membeli buku.

3. Bioskop di Kota Metro tidak seaktif dahulu
Pada era 90-an, ada 3 bioskop yang berdiri di Kota Metro, namun saat ini, satu-satunya bioskop yang terletak di Supermarket Chandra, sekarang tidak aktif lagi, bahkan tempat poster jadwal film dibiarkan kosong tanpa dipasang poster film. Bahkan Gedung Bioskop Nuban Ria, yang berdiri tahun 90-an, telah dihancurkan karena sudah habis masa pakainya.
Bagi pecinta film, tentu saja gigit jari, karena bioskop satu-satunya di Chandra, tidak aktif lagi. Seharusnya perusahaan bioskop papan atas seperti XXI, Cinemaxx, dan sebagainya, segera membuka bioskop di Metro, agar pengunjung dapat dipuaskan dengan film lokal maupun asing, tanpa harus jauh-jauh ke Bandar Lampung.

4. Buku-buku di Perpustakaan Metro Kurang di-update
Waktu saya berkunjung di Perpustakaan Metro, saya merasakan buku-buku yang tersedia hanya koleksi lama, buku baru masih jarang tersedia. Tentu saja, untuk mendapatkan buku yang diinginkan untuk berbagai keperluan, terpaksa harus beli di toko buku dan mengeluarkan biaya yang banyak.

Ya, begitulah kemajuan Kota Metro saat ini. Semoga kedepannya, Metro akan semakin maju.

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini