Minggu, 20 Desember 2015

Lorong Waktu dan Perkenalan Saya dengan Komputer

Desember 20, 2015 Nahariyha Dewiwiddie

Ada yang tahu tidak, serial Lorong Waktu di SCTV? Anak yang lahir pada tahun 90-an pasti tahu, termasuk saya hehehe.... :D

Nah, waktu itu, saya tidak sengaja menonton serial ini saat siaran lokal pada waktu dini hari. Melihat tayangan tersebut, jadi teringat dan nostalgia pada masa lalu disaat sinetron mendidik lagi bagus-bagusnya dan booming... Ya Allaaah, hikmahMu pada bulan mulia ini, sungguh sempurnaaa....

Waktu itu, saya teringat dan sedikit hapal lagu pembuka lorong waktu 1, mesin waktu, dan paling saya ingat, ya komputer ala NASA itu... Dan tombol ENTER itulah, tombol keyboard komputer yang pertama kali saya kenal.

Yuppps, betul sekali! Anak orang biasa yang gak tau komputer karena gak punya komputer, di serial inilah kalian bisa mengenal komputer secara langsung, meski cuma monitor dan keyboard doang, hehe. bukannya mengenal teknologi salah satunya biar gak gaptek?

Setelah saya kenal benda itu, saya sempat melihat komputer secara langsung di kantor, dan ada logo windowsnya di monitor. Saya juga hidupin komputer tapi asal-asalan, apalagi ngetik sambil iseng, lha belum diajarin!

Nah, barulah waktu SMP, saya dikenalkan komputer dan seluk-beluknya. Saya jadi kenal internet, bisa ngetik, punya e-mail, media sosial, dan punya blog.... Terima kasih ya TIK.... :)

Oiya, sinetron ini penuh pelajaran lho, meskipun penuh kontroversi. Mau tahu? Kangen? Untuk di daerah Lampung, pantangin nih Lorong Waktu setiap jam setengah tiga atau jam tiga pagi ya!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Rabu, 16 Desember 2015

Stay in Peace...

Desember 16, 2015 Nahariyha Dewiwiddie
 
sumber gambar: alphacoders.com

Tidak selang dua bulan setelah perkara PK selesai, jagad Kompasiana ribut lagi. Yaaah, apalagi soal undangan makan siang bersama Pak Jokowi itu. Banyak yang protes lah, kecewa lah, tentang hal yang sama: MENGAPA SAYA TIDAK DIUNDANG?

Sontak saja, ternyata kebahagiaan bersama orang nomor satu di negeri ini membuat banyak orang iriiii.... "kapan sih saya bersama bapak Presiden?". Nah, selain pak Jokowi, siapa lagi ya, rakyat jelata yang diundang untuk berjumpa pak Presiden? Tidak ada! paling, hanya orang-orang berpestasi saja yang bisa berjumpa, itu pun sedikit sekali!

Waaah, saya jadi ingat ya, di Jepang, ada pemimpin yang bisa dibilang setara dengan pak Jokowi. Yup! Beliau adalah Kaisar Akihito, yang dekaat sekali dengan rakyat. Bahkan, rakyat biasa pun bisa berkesempatan berjumpa dengan beliau, tapi HANYA terbatas pada momen tertentu saja, tanggal 23 Desember (ulang tahun Kaisar) dan tanggal 2 Januari, tahun baru Jepang. Tapi, karena usianya sudah menua, ya beliau banyak berkegiatan di istana. Ya pantas saja!

Udaaah, kembali lagi ke masalah pak Jokowi tadi. Banyak yang tanya, mengapa sih Admin terkesan pilih kasih dalam memilih nama Kompasianer yang berhak diundang? Apalagi melihat berita-berita yang menyebutkan “Kompasianer yang aktif” . jelas saja, bikin sakit hati, apalagi saya yang tiba-tiba merindukan dan berkata dalam hati: “seandainya saja saya diundang, pasti kebahagiaan akan tiada tara dan bisa kopdaran untuk pertama kalinya!”

Tapi, saya gak kecewa. Saya hargai keputusan Admin itu. Gak peduliii mengharapkan bonus walaupun artikel (opini) saya sudah cukup baik dari segi kualitas. Buktinya saja, semua artikel opini saya pada bulan November lalu, terutama berdasarkan berita, semuanya diganjar Headline!

Maklum saja, saya hanya bisa menulis artikel satu buah per minggu. Mati kutu! Saya hanya bisa berdiam sambil menikmati bacaan. Dan, mungkin saja Admin menelpon saya tapi sayangnya, kelihatan gak aktif ya... maaf min, sejak jam 11 saya selalu tidur siang dan HP saya sengaja dimatikan, ditambah lagi saya tidak bisa ke Jakarta karena kondisi yang tidak memungkinkan.

Okelah, semenjak itu, saya ingin berdamai dengan diri saya sendiri. Ingin banget melupakan masalah itu. Pesan-pesan pak Jokowi begitu menyejukkan: tulislah dengan OPTIMIS! Ya, kalimat itulah yang berhasil membangkitkan semangat saya untuk menulis dan menulis lagi. Oh ya, saya punya mimpi. semenjak saya berjumpa dengan remaja pemegang rekor dunia Dominic Brian, saya ingin sekali ketagihan untuk berjumpa penulis hebat dan terkenal serta orang –orang berprestasi di bidangnya, lewat bedah buku dan seminar, misalnya Yudi Lesmana, Chef Bara, dan masih banyak lagi!

Karena saya orangnya cinta damai, saya tidak mau menulis artikel tentang hal-hal yang ribut itu. Saya hanya ingin menuliskan yang bermanfaat, memberi solusi (untuk diri sendiri) dan orang lain, juga bagi bangsa. Saya juga ingin menyebarkan insiprasi (untuk saya sendiri juga) lewat bedah buku dan seminar, yang dihadiri oleh orang terkenal. Duuuh, semenjak melihat kenangan saya bersama Dominic Brian, saya bangga deh sebagai blogger (Kompasiana)!

Nah, teman-teman semua, jaga perasaan damai dengan kalian. Jangan memancing emosi dan melukai perasaan orang lain. Kalau tidak beruntung, tetap semangat berkarya, dengan karya yang terbaik!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Selasa, 08 Desember 2015

Mencintai dan Memajukan Pendidikan Lewat Tulisan

Desember 08, 2015 Nahariyha Dewiwiddie
Sumber gambar: wallpapersafari.com

Sejak kecil, saya suka dunia pendidikan. Meskipun saya tidak terlahir di lingkungan pendidik, setidaknya saya berawal dari membaca. Ya, membaca tulisan-tulisan yang sarat ilmu. Kesukaan saya membaca inilah yang membawa saya menjadi pribadi yang berwawasan luas, ya kata teman sekelas saya dulu.

Selain itu, saya ingin menulis. Menulis apa yang diketahui. Makanya awalnya saya menulis puisi, tapi semenjak saya bergabung di blog sosial, saya jadi ketagihan untuk menulis dalam bentuk berbeda. Opini. Opinilah yang menjadi harapan saya, untuk negara saya yang lebih baik!

Okelaah, semenjak banting setir menulis di bidang tersebut, saya menulis di bidang hiburan, media, sosial budaya, dan tentu saja pendidikan. Kalau disederhanakan di rubrik, saya hobi dalam tiga hal tersebut: hiburan, media, dan humaniora. Tentu saja menuliskan hal-hal yang mendidik. Dan, sepanjang saya menulis opini, kebanyakan memang humaniora. Apalagi pendidikan di negeri ini yang sedang carut-marutnya, terlebih kualitasnya paling rendah sedunia!

Memang sejak dulu saya bercita-cita jadi guru. Mengajarkan dengan pengetahuan yang saya ketahui. Tapi, karena kepribadian saya yang tidak cocok menjadi guru, mimpiku untuk menjadi guru dan mengambil jurusan PGSD harus saya kubur dalam-dalam. Memang saya orangnya gak sabaran sih.... *semoga saya belajar bersabar* (mengenai pemilihan jurusan, saya ceritakan di tulisan berikutnya ya)

Pupus sudah untuk mengabdi pada dunia pendidikan lewat pekerjaan. Tapi ingin berkontribusi terhadap pendidikan tidak berhenti sampai disitu. Suatu hari saya iseng bergabung di Kompasiana, dimana saya pernah membuat tulisan tentang pendidikan. Pendidikan di kota terdekat saya (sudah dihapus dan dipindahkan di blog ini). dan pada tahun ini, saya semakin getol menuliskan tentang edukasi, ya meskipun kebanyakan di bidang media massa dan hiburan.

Sepinya berita tentang TV pada waktu itu membuat saya harus memutar otak untuk membuat opini. Mungkin berita-berita pendidikan pada waktu itu saya abaikan (terlalu fokus di bidang hiburan sih). Maka, berita tentang upacara bendera saya ketemu di google, terus saya uraikan jadi Opini. Selesai. Beruntung, sebelum itu saya sudah berpengalaman dalam upacara dan membaca sejarahnya di Kompas.com. Alhamdulillaaaah...

Habis itu, kesukaan saya menulis di bidang pendidikan semakin menjadi-jadi. Tapi kebanyakan bentuknya opini berdasarkan berita, ya! sisanya dari pengalaman dan kreativitas berpikir saya dalam menulis, berdasarkan apa yang saya baca. Baca apa sajaaaa....

Menjadi Guru Lewat Tulisan

Bagi penikmat tulisan, biasanya tulisan yang renyah akan disukai pembaca. Makanya saya mencoba belajar dan memperbaiki gaya tulisan saya menjadi enak dibaca. Guriih. Sebisa mungkin, saya akan mengemas gaya tulisan layaknya guru sedang mengajar. Tentu saja guru mengajar dengan cara yang menyenyangkan, bukan menakutkan bin killer. Begitu juga dengan tulisan, tulisan dengan gaya yang menyenangkan!

Makanya, jika saya bisa melawan kemalasan itu, menulislah setiap hari. Belajarlah untuk mememukan gaya tulisan sendiri. Dan yang perlu diingat, walaupun ada pengalaman (tentunya bukan pengalaman yang bersifat pribadi, privasi!), pastinya pengalaman yang penting untuk diketahui dan ada bumbu-bumbu tips yang bermanfaat. Jangan semuanya! Nanti seperti selebritis yang membeberkan rahasianya. Kan maluuuu.....

Bagi saya, inilah satu-satunya cara untuk bisa berkontribusi terhadap pendidikan. Menulis dan teruus menulis. Sebagai anak muda kelahiran 90-an, tentunya ada harapan besar bagi guru-guru dan pelajar masa kini, agar perilakunya tetap berhati mulia, seperti dulu.... semoga sumbangsih kecil saya lewat tulisan bisa bermanfaat bagi pendidikan, pendidikan untuk kemajuan bangsa.....


Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Minggu, 06 Desember 2015

Oh, Ini Toh yang Namanya Bunga Amaryllis....

Desember 06, 2015 Nahariyha Dewiwiddie



Saya baru tahu nama bunga yang satu ini. Padahal, sejak saya masih anak-anak, saya sering sekali melihat bunga ini di taman sekitar pabrik kopi tempat orang tua saya dulu bekerja, persis di depan mess pabrik orang Tionghoa yang berupa rumah. Bunga ini indaaah sekali.... cantik!

Setelah bunga ini heboh di media sosial, apalagi lokasinya di Yogyakarta nih, saya jadi terkesan dan bernolstagia pada masa lalu....

Setelah melihat nama bunga, wujud bunga yang saya lihat di artikel, saya jadi tahu nama bunga tersebut. Nama bunganya adalaaaah.... AMARYLLIS!

Padahal, saya gak tau nama bunga itu apa, orang tua saya bukan dosen biologi sih... Cuma karyawan biasa. Hehe. Taunya saya ingat nama bunga mawar, melati, bunga matahari, krisan... dan de el el. Sebagian besarnya saya gak tau, tapi perlahan-lahan saya tahu bunganya, lebih baik belajar meskipun sudah terlambat!

Bunga tersebut indah jika ditanam beberapa bunga saja, seperti yang saya temui di sekitaran rumah. Lha kalau ditanam ratusan bunga di tanah yang luas? Waaah lebih indah lagi, malah menyerupai kebun bunga lili di Belanda! Kereeen! Tapi ya harus ditata rapi dengan bentuk alur bunga yang sedemikian rupa biar menyamai taman bunga lili di negeri kincir angin tersebut. Sehingga, masyarakat bisa menikmati tanpa merusaknya! Benar ‘kan?

                                             

Nah, setelah terjadi insiden pengrusakan bunga tersebut, kabarnya dosen-dosen dari UGM akan menata bunga tersebut, ya tentu saja dari situs resminya! Mereka akan membuat penataan bunga amaryllis, disulap menjadi seperti taman bunga lili dari Belanda! Tentu saja dengan penanaman yang benar, diharapkan saat musim bunga pada tahun depan, bunga-bunga tersebut akan mekar indah sempurna!

Sekadar info nih, bunga Amaryllis kalau di sini nyebutnya bunga bakung dan lili hujan. Bungannya mekar memang pada awal musim penghujan, dan biasanya berlangsung selama maksimal 3 minggu, setelah itu, rontok dan mati! Warnanya biasanya jingga yang sangat indah dipandang!

                                               

Okelah, berkaca dari pengalaman saya nih, sebaiknya kita tahu nama-nama bunga yang ada di sekitar kita! Jangan terpaku pada bunga mawar, melati... dan sebagainya. rajin-rajin baca majalah pertanian dan berita dong, apalagi tentang bunga. Niscaya, bakal tahu nama bunga dan hal-hal lainnya! kalau misalnya nanti punya anak... keponakan... dan kerabat2 yang dekat sama kita, pas ditanya: “Bunga apa itu?” itu bunga Aster, misalnya, ‘kan anak-anak tahu. Kalau di masa depan mereka kuliah di bidang sains, terutama biologi, mereka sudah tahu dan paham nama organisme tumbuhan yang satu ini! Kalau gak kenal sesuatu, ya artinya tambah gak sayang ‘kan?

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!




Kamis, 03 Desember 2015

Tumbuhkan Semangat Membaca Dulu, Baru Nulis!

Desember 03, 2015 Nahariyha Dewiwiddie
Sumber gambar: wide-wallpapers.net

Akhirnya, lunas juga rencana saya untuk membuat artikel ini. harap maklum kalau cuma biografi, hehe :D

Gak papa ya, pembaca, karena saya ingin memberikan yang terbaik untuk mengawali menulis di bulan ini, soalnya saya ingin berbagi apa yang belum diketahui, kebetulan saya menyukai negara Jepang dan kaguum banget sama keluarga kerajaannya!

Oke, sekadar diketahui, artikel kemarin adalah artikel spesial! Dibuat untuk menyambut hari-hari istimewa. Di awal tahun, saya pernah melengkapi banyak artikel tentang keluarga kekaisaran di Wikipedia, namun khusus untuk Pangeran Mikasa, sengaja saya tidak menulis. Mengapa?

Tahun ini, pangeran akan memasuki usia ke-100 tahun, masak iya sih usia seabad itu gak bikin artikel spesial? Gak afdoooll dong!

Dan akhirnya, rencana saya berhasil diesekusi. Horeeee!

Alhamdulillah bisa menyelesaikan menulis itu, tapi mulainya sulitnya minta ampuun. Malas. Ditambah referensi berbahasa Inggris yang seharusnya menjadi suatu tantangan, sehingga menjadi semangat!

Suatu hari, suara hati saya berkata:

"heiii... Pangeran mau ulang tahun ke 100, malah kamu malas buat artikel. Cepaaat buaaat!"

awalnya saya ragu, mengingat banyak artikel biografi gak masuk artikel pilihan. Sampai saya membaca biografi Sidik Kertapati yang masuk kolom Headline. Seharusnya ini jadi contoh dan jadi cambukan tersendiri bagi saya!

Sebenarnya, karena literaturnya bahasa Inggris, maka nulisnya pake bahasa Indonesia, bagus juga ya, biar pembacanya ngerti! Plusnya lagi, biar makin banyak tahu, makin banyak ilmu! *teringat acara tau gak sih*

Pelajaran: Jika ada ide opini, pengetahuan tentang berita dan perayaan tertentu, segera lakukan menulis agar tulisan kita dianggap aktual!! Waktu tidak akan berputar kembali!

Baca Dulu, Baru Nulis

Nah, inilah yang paling penting! Baca dahulu referensinya, lalu nulis berdasarkan gaya tulisan sendiri. masa iya nulis dengan cara nyalin referensi? memalukan!

Dulu, waktu nulis di Kompasiana lama, ada beberapa artikel yang pake cara nyalin. astaghfirulaaah... Artikel spesial yang saya buat tidak boleh ada unsur kecerobohan dan kebodohan saya dalam menulis, dalam artian artikel harus ditulis sendiri!

Makanya dalam beberapa hari yang lalu, saya sengaja mengurangi interaksi di Kompasiana, khawatir lupa waktu untuk buat artikel baru. olah karenanyaaa... saya menyisihkan waktu untuk menerjemahkan referensi, baca biar benar2 paham. beruntung ada beberapa bagian yang pernah saya baca, dan sudah tahu, yaitu keluarga pangeran mikasa. mantapin dulu materinya!

habis itu, nulis aja. saya saja sampai nulis dua kali biar benar2 murni tulisan saya sendiri, ya meskipun ada bagian yang salah, terbalik, lalu saya perbaiki. Terus terang saja, buat artikel biografi susah2 gampang... apalagi saya sadar itu, kalaupun ditetapkan jadi Headline nanti atau dinikmati oleh pembaca, saya siap. makanyaa, saya perlu hati-hati lagi dalam menulis...

Nah, itulah pelajaran yang dipetik dari pembuatan tulisan biografi spesial. Semoga bermanfaat #ngacadiri

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini