Minggu, 28 Mei 2017

Mencintai Nulis Boleh, tapi Membenci Riset, Jangan!

Sumber: writing.com
Enaknya, kalau orang sedang menulis itu, menuliskan apa yang telah dirasakan dan punya pengalaman sebelumnya, terus memberi solusi atas pengalaman tersebut. Kalau lebih beruntung, bisa berkunjung ke tempat wisata, restoran, terus menuliskan hasil reportasenya. Gampang 'kan 

Tapi, tulisan yang punya keutamaan--alias tulisan-tulisan yang berkualitas, adalah karya yang dihasilkan setelah melewati tahapan-tahapan yang bernama riset. Artinya, kita dituntut untuk membaca artikel-artikel yang terhampar di berbagai sumber, yang berkaitan dengan itu. Berarti, nggak bakalan cukup kalau kita sekadar melahap bacaan, lalu ditulis ala kadarnya, bukan?

Ya, seperti yang saya lakukan akhir-akhir ini. Tiada hari tanpa riset. Kalau cuma mengandalkan pengalaman, apa mungkin tulisan-tulisan saya akan lebih bermutu? Belum tentu! Bahkan, harus dilakukan oleh seorang penulis maupun blogger, meskipun yang diriset adalah hal-hal yang "dibenci". Misalnya saja, tentang Vlog, padahal saya jarang menonton video di laptop pribadiku, malah saya nonton Vlog di televisi. Biasa, menghemat kuota paket saya, hehe :D

Mengapa demikian? Tak lain dan tak bukan, tentu saja biar isi tulisan kita nggak "ngasal" (ah, kayak waktu mengerjakan ulangan di sekolah), dan kita tidak dianggap sebagai pribadi sok tahu, merasa pendapat kita yang paling benar. Selain itu, agar tulisan yang akan dipublikasikan nanti, bisa dipercaya oleh para pembacanya.

Makanya, kalau ingin jadi penulis yang baik, janganlah terlalu sombong dan membanggakan diri, apalagi sampai menolak untuk menerima saran dan kritikan dari pembacanya, meskipun dalam hal-hal kecil seperti materi dan penulisan yang kurang tepat. Bukankah lewat kesalahan dan kekurangan dalam menulis, kita justru ditempa menjadi penulis yang karya-karyanya "berkembang"?

Duuh, rasanya, demi mencapai kesempurnaan, saya harus lebih siap untuk menyiapkan materi, dan berhati-hati dalam menulis nih....

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Minggu, 14 Mei 2017

Mengedit Foto, Cara Terbaik Mempermanis Ilustrasi Tulisan

Selain menulis, salah satu aktivitas sering saya lakoni adalah mengedit foto. Yup, memang dari zaman SMA saya sudah menyukai kegiatan yang satu ini. Kalau dari awal-awal yang diedit adalah foto diriku sendiri dan teman-teman di sekolah, serta kartun hewan dan animasi muslimah, sekarang malah merembet ke hal-hal lain, dari buku-buku bahkan kegiatan reportase seperti makan-makan di KFC! :D

Soalnya, walaupun saya tidak berarti membenci menyisipkan foto apa adanya, namun kalau ngedit foto, hasil gambarnya akan lebih menarik dan nggak ngebosenin. Selain itu, tentu saja biar nggak memperlihatkan hal-hal yang melanggar aturan dan syari'at. Ya, seperti yang saya alami ketika menghadapi masalah menentukan ilustrasi foto untuk lomba blog, yang pada akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan collage biar ilustrasinya menarik dan bisa dipertegas lagi!

Salah satu ilustrasi tulisan untuk lomba blog

Nah, mengapa saya suka mengedit foto? Karena saya suka gambar, dan tentunya saya lebih menginginkan gambar jadi lebih berkesan untuk melengkapi sebuah tulisan. Kurasa, ada benarnya deh, jika dihubungkan dengan potensi kecerdasan, kecerdasanku di bidang visual-spasial lumayan, tapi nggak menonjol. Coba aja kalau punya kecerdasan visual lebih, selangkah lagi saya bisa berkarya di bidang desain visual dan grafis!

Oh ya, dalam mengedit foto, jika menggunakan apilkasi komputer, saya biasanya pakai Photoscape, kadang pakai  aplikasi bawaan dari Windows, Paint. Mengapa saya tak pakai Photoshop? Karena menurutku penggunaannya ribet, dan aplikasinya juga lumayan rumit!

Kalau di web, saya pernah pakai Muzy.com untuk mengedit kartun muslimah dan gambar berisikan ayat-ayat Qur'an, tapi semenjak jadi aplikasi di Android, saya malas menggunakannya. Kalau ngedit di hapeku, pasti berat kalau nginstal, hehe :D

Selain di Muzy.com, saya juga ngedit foto di photofacefun.com, pizap.com, dan masih banyak lagi aplikasi web yang saya lupa alamatnya apa. Dari sekian banyak foto-foto yang saya edit, salah satunya dibingkai dan disimpan di dalam kamarku, dan kebanyakan diantaranya tersimpan di hardisk lamaku, belum sempat dipindah ke laptop baruku. Jadi, dengan banyak foto-foto tersebut, 'kan jadi banyak varian untuk mempercantik isi tulisan!

Oleh karena itu, kalau belum terbiasa, yuk, edit foto-foto kalian, sesuka hatimu. Manfaatkan fasilitas edit foto yang telah tersedia. Tentu saja, foto yang bisa memberi manfaat untuk melengkapi artikel sekalian untuk memunculkan gagasan tulisanmu lewat gambar jepretan kamera tersebut, bukan sekadar foto-foto selfie lebay dan pamer diri kalian yang berlebihan, yang mungkin saja akan membawa bahaya bagi kehidupanmu kelak!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Jumat, 12 Mei 2017

Mengapa Blogku Ada Dua dan Ditulis Terpisah?

 
Oke, saya tegaskan lagi, mengapa saya punya dua blog, bukan satu biar mudah diurusi? Atau jika ada pertanyaan yang ditujukan kepadaku, seperti ini:

"Kamu menulis di Kompasiana terus, kapan nulis di blog kamu sendiri?"

"Aduuuh, sepi bacanya, sebaiknya jangan buat blog sendiri!"

Hmmm, iya juga sih, tapi bagiku tentu ada alasan tertentu. Seperti yang saya tulis di awal-awal punya blog pribadi, saya memutuskan untuk membuat blog sendiri karena saya tinggal di daerah pedalaman yang tidak dikenal, hehe :D Kabupaten tempat tinggalku saja termasuk land lock, tak terhubung dengan laut, apalagi kota kecil dekat rumahku!

Memang, di mana-mana selalu ada ide tulisan yang terlintas di kepalaku. Inspirasinya, siapa yang tahu? Siapapun dan obyek apapun bisa dijadikan bahan tulisan. Tapi karena alasan tema dan kualitas tulisan, makanya artikel-artikel saya, harus ditentukan, mana yang layak diunggah di Kompasiana atau di blog pribadiku. Terlebih lagi saya sudah memegang verifikasi biru, jadi saya tidak sembarangan lagi untuk menulis di platform blog sosial tersebut!

Oke, saya fokus ke tema. Memiliki dua hal yang berbeda antara passion dan bidang yang saya tekuni, belum lagi hal-hal lainnya yang dijelaskan untuk kalangan khusus, membuatku harus menulis artikel di dua blog yang tentunya terpisah. Mengapa demikian?

Sebab, blog pribadiku, yang beralamat dewiwiddie.blogspot.com ini lebih menyajikan hal-hal kedaerahan, keislaman, dan tentunya di dunia kepustakaan. Misalnya, bedah buku bersama penulis lokal, bazar buku murah, resensi buku (utamakan yang jarang ditulis) dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk akun blog kompasiana.com/dewiwiddie , awalnya dua tahun lalu saya belajar menulis di blog tersebut. Namun, saya slogan blognya berganti jadi Beyond Blogging, saya memutuskan untuk menulis yang "lebih serius" dan sangat berhati-hati. Makanya, saya berfokus pada passion saya, yaitu media dan psikologi. Kadang saya menulis puisi dan artikel tentang kehidupan sekolah.

Terus, jika saya ikutan lomba? Ya saya biasanya ikutan lomba jika ada tema yang bisa saya tulis. Kadang harus tayang di akun Kompasiana saya, kadang di blog pribadi. Bulan Maret lalu, saya mendapatkan undangan dari salah satu situs belanja online via e-mail. Dan, salah satu kententuannya, ya harus mem-posting tulisannya lewat blog pribadi. Alhamdulillah, untung saya lebih dulu punya!

Salah satu tulisan lomba yang ditayangkan di blog pribadi.


Ya, terlepas dari apapun itu, idealnya saya tetap untuk belajar menulis,  tak peduli di manapun blog yang saya punya. Belajar merangkaikan kata-kata untuk disampaikan kepada pembaca. Bukankah semakin berlatih akan semakin lancar untuk menulis. Jadi bukan soal punya atau tidak bakat menulis--karena bakat adalah anugerah tersendiri--namun bagaiamana untuk mengabadikan yang terbaik lewat karya (bagiku yang penting nggak melanggar syariat), dan ber-azzam untuk tetap berbagi ^_^

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

 

Kamis, 11 Mei 2017

Mengintip Bazar Buku Murah di Perpusda Metro

Sebenarnya,saat bazar buku yang diadakan di Perpusda Metro tersebut dibuka tanggal 8 Mei, saya malah terlalu fokus ke KFC untuk me-review menu terbaru untuk keperluan lomba blog. Jadi, ke Perpusda akhirnya terlupakan. Nyesel deh jadinya. Padahal jarak KFC ke Perpusda deket lho, nggak nyampe 100 meter, saya sudah sampai di sana!

Bersuyukurlah situs berita Jejamo.com memberitakan tentang event tersebut. Ya, sudah lama sekali bazar buku murah tak hadir di kota Metro. Di awal-awal tahun 2016 kalau nggak salah, sempat diadakan, namun setelah itu tak ada lagi para pedagang yang mau menjual buku-buku dengan harga murah. Apalagi ditambah ada kabar kalau Gramedia tidak mengadakan bazar bukunya di Bandar Lampung, melainkan di Pringsewu yang jauh dari rumahku. Yahhh...

Ya, saya baru tahu dari kemarin. Setelah tahu kabar tersebut, langsung saya bergegas ke Metro lagi! Di tengah perjalanan, saya sempat kepikiran, apakah bazar buku masih buka atau sudah tutup? Pasalnya, tak seperti bazar yang dulu-dulu, di bazar kali ini tak ada poster pemberitahuan yang dipasang di pohon-pohon atau tiang-tiang di pusat kota!

Dan, sesampainya di terminal kota, saya berjalan kaki menuju Perpusda. Ternyata, bazar bukunya masih buka! Saya lihat, ada beberapa pelajar yang sibuk memilh buku-bukunya. Ada juga mahasiswa, juga masyarakat umum yang mencarikan bahan bacaan untuk kehidupan mereka.

Di bazar buku kali ini, ada ratusan buku-buku yang beragam sesuai bidangnya. Mulai dari novel, keislaman, kesehatan, kamus, biografi, parenting, juga komik. Ada juga satu buku yang saya lihat, ditulis dalam bahasa Inggris (waah, buku bagus bagi yang suka tantangan baca buku asing, haha :D) Sayangnya, buku anak-anak malah ludes lebih dulu. Dan kata penjualnya, ya dari awal sudah diserbu, dan belum akan didatangkan kembali.


Ya, walaupun buku-buku lama, toh tak mengurangi antusias mereka untuk berburu buku murah. Karena, yang namanya buku pasti mengandung sesuatu yang bermanfaat. Sayangnya, saya malah kesulitan mencari buku-buku berfaedah sesuai minatku, terlebih lagi buku-buku sebagai referensi dan inspirasi menulisku. Dan pada akhirnya saya membeli dua buku yang semoga aja akan berguna dihidupku kedepannya, aamiiin...

Oh ya, sama seperti bazar buku di Perpusda sebelumnya, kesemua buku-buku tersebut, dikelompokkan terus digantung harga bukunya pakai tali, dari atas tenda, seperti yang terlihat di foto-foto ini:

Tapi, ada yang berbeda dari segi penyelenggaraannnya. Jika penyelenggaraan bazar buku di Perpusda Metro adalah agency, kali ini penjual buku yang bernama Azril inilah yang akan menggelar bazar buku murahnya. Dan demi misinya untuk meningkatkan minat baca, beliau sampai berkeliling, berkunjung ke kota-kota di provinsi lain, lho!

Azril, sang penjual bazar buku di Perpusda
Saya tanya ke beliau, sampai kapan bazar buku ini dibuka? Beliau jawab bahwa bazar buku akan dibuka sampai sebulan ke depan. Jadi, jangan khawatir jika takut bazar buku akan tutup, ya!

Nah, jika kalian punya waktu luang, apalagi di hari libur seperti sekarang ini, ayo, ajak keluarga, sahabat, atau pasangan ke bazar buku di Perpusda! Diharapkan, semoga buku-buku murah yang dipamerkan akan mengantar negara kita menjadi lebih maju. Salam literasi!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi! ^_^

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini