Senin, 14 November 2016

Memilih Kuliah Ilmu Perpustakaan, Menyatukan Jati Diriku

November 14, 2016 Nahariyha Dewiwiddie
Sumber gambar: LinkedIn

Apapun kegiatan yang dilakukan terasa alami, tergantung bakat yang dimiliki -- myQuote

Banyak orang yang ketika menjalani studi, merasakan kehampaan dan ketidaknyamanan, bahkan merasa tersesat. Itu semua karena mereka berpikir instan, memilih jurusan semaunya. Akibatnya, pelajaran yang mereka terima itu tidak nyambung, gagal paham, bahkan bisa menyeret mereka pada status DO (drop out).

Kenapa ya, semuanya bisa terjadi? Faktanya, ketika mereka menjalani studi yang berbeda dengan bakat, semudah apapun materinya, tidak akan bisa dipahami dengan baik. Logikanya, jika kita berani melawan Tuhan, akan kalah telak dihadapanNya. Begitu juga dengan melawan kodrat bawaan diri yang berupa talenta. So pasti, sifat bawaan yang terdapat dalam benak akan menolaknya!

Itulah yang dirasakan betul oleh saya, dan pada akhirnya, saya kembali ke fitrah. Itulah salah satu konsep pada agama yang saya yakini. Tapi, bukan itu yang saya maksud. Ini berkenaan dengan proses pencarian jati diri saya; berkaitan dengan bakat dan minat. Di KBBI juga begitu, fitrah bisa diartikan "bakat, pembawaan". Dan, akhirnya saya telah menemukan passion-ku yang sebenarnya: dunia buku, kepustakaan, membaca, juga menulis. Tanpa ragu lagi, saya memutuskan untuk kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan!

Saat saya duduk di bangku sekolah, saya seringkali kehilangan arah. Tak jelas minatku seperti apa. Inginnya sih di bidang sains. Makanya, waktu SMP saya ikut ekskul Biologi, dan di SMA saya bergabung di kelompok KIR dan masuk jurusan IPA. Tapi, entahlah, rasanya saya menjalaninya dengan bermuka dua: di satu sisi merasa semangat tapi di dalam hati kurang ada kecocokan. Pantas saja, nilai matematika-ku sering mendapat nilai jelek... :'(

Dan setelah tamat SMA, saya menceburkan diri di dunia menulis, belajar merangkai kata-kata. Kemudian saya mendapatkan pencerahan ketika saya menghadiri bedah buku bersama Dominic Brian. Oke, dari pelajaran itu, saya ambil kesimpulan: tidak akan memilih jurusan kuliah kecuali sesuai bakat dan minatku!

Gara-gara hal itu, saya dipaksa untuk kembali di dunia membaca setelah saya membaca pernyataan bahwa jika ingin lancar menulis, harus banyak-banyak membaca. Oleh karena itulah, saya beranikan diri membeli banyak buku untuk dibaca, ditambah dengan motivasi minat baca yang terus meningkat dengan banyak baca artikel tentang dunia membaca di Internet. Lalu, dengan bahan bacaan dari buku itulah, saya akhirnya membuat banyak artikel yang bermutu.

Puncaknya lagi, setelah saya membaca buku I Love Monday, saya didorong untuk mencari potensi yang terdapat dalam diriku. Setelah menemukan potensi kecerdasanku, saya membaca kegiatan pustakawan di salah satu sekolah negeri di Metro lewat blog, juga website-nya. Dan tahukah kalian, bahwa perjumpaan pertama saya dengan kedua laman ini gara-gara tersesat di mesin pencarian tentang Gramedia Metro!

Saya sadar, mencoba untuk melawan kodrat bawaanku rasanya mustahil. Dan pada akhirnya, saya diarahkan untuk menemukan potensi alami dan jati diriku yang sebenarnya. Membayangkan masa kecilku yang suka dan akrab dengan buku dan pergi ke perpustakaan sekolah, bahkan sampai menemukan permasalahan akan kurangnya buku di perpustakaan SMA. Saya merasakan ketertarikan akan buku begitu kuat walaupun saya sudah memasuki masa dewasa. Saya pun akhirnya mengetahui, bahwa sebetulnya bakatku bukan di bidang sains, melainkan berada di ranah linguistik; berhubungan dengan bacaan.

Bayangkan, jika orang tua tidak mengizinkanku untuk membeli banyak buku, saya merasa hidupku terombang-ambing dan tak tahu arah. Bisa jadi saya akan nekad bekerja di luar kota, atau berdagang buku di tempat terpencil.

Saya juga terinspirasi dari tokoh-tokoh yang begitu suka membaca dan ingin menyebarkan virus membaca, sebut saja duta baca Najwa Shihab, Tantowi Yahya, juga Andy Noya yang suka membagikan buku ke penonton di studio Kick Andy. Ditambah pustakawan Sugeng Hariyono, pemilik Motor Pustaka di Lampung Selatan, dan Luckty Giyan Sukarno, pustakawati di Smanda Metro. Saya ingin seperti mereka....

Makanya, saya putuskan mengambil kuliah (kembali) di jurusan Ilmu Perpustakaan yang antimainstream itu. Bukan hanya karena peluang karier yang besar, tapi sekaligus bisa melampiaskan hasrat dan jati diri yang terdalam. Tapi, karena saya tinggal di pedalaman daerah dan jauh dari ibukota provinsi, tak ada pilihan lagi, selain belajar di Universitas Terbuka. Dan insyaAllah, tahun 2017 nanti, akan memulai kehidupan baruku sebagai seorang mahasiswi.

Semoga kalian bisa terinspirasi dan saya bisa meraih cita-citaku.... :)

Senin, 08 Agustus 2016

Tips Membeli Gadget

Agustus 08, 2016 Nahariyha Dewiwiddie
sumber gambar: jalantikus.com
Sekarang, kita hidup pada zaman modern nan canggih, penuh dengan ‘keajaiban’ teknologi. Pastinya kita sebagai kaum muda tidak terlepas dari yang namanya gadget. Ya! Barang ajaib yang satu ini pastinya menjadi barang wajib untuk dibawa kemana-mana saat berpergian. Jadi pas bengong dan tidak ada kegiatan di perjalanan, fitur-fitur di gadget pastinya akan memanjakan kita. 
                   
Oiya, hal pertama yang harus diperhatikan, sebelum memutuskan untuk memiliki sebuah gadget, baik tablet, smartphone, atau hp ‘sebangsa’ Blackberry, saya mau tanya, kamu mau membeli gadget untuk apa? Berselfie ria, chatting dengan gebetan atau sahabat karib, mempermudah kamu dalam ibadah, membaca e-book terutama buku pelajaran dan kuliah, menulis dan berbagi di blog, atau jangan-jangan... untuk berbuat kejahatan? Silahkan kembali pada dirimu sendiri. Karena sesungguhnya penggunaan gadget itu tergantung niat orangnya, bak pisau bermata dua. Oleh karena itu, luruskan niatmu mau membeli gadgetnya, jangan luruskan niat saat kamu mau beribadah saja! 

Kedua, kenali fitur mana saja yang hendak kamu inginkan. Ada pemutar musik, pembaca e-book, akses Internet, kamera, dan sebagainya. Sesuaikanlah dengan apa yang kamu niatkan. 

Ketiga, setelah meniatkan dan mengenali fitur yang terdapat pada gadget, siapkan anggaran yang dibutuhkan. Jangan paksa beli gadget canggih merek ternama yang harganya fantasis sedangkan kondisi ekonomi ortunya lagi pas-pasan. Lebih baik tahan dulu atau berusahalah mencari uang untuk membeli gadget dengan caranya sendiri, yang penting pada jalan yang halal ya! 

Keempat, Setelah membeli gadget yang kamu inginkan, siapkan ‘bekal’ berupa pulsa yang cukup. Bagi-bagilah pulsa itu untuk hal-hal yang penting seperti telpon, sms-an, atau internet. Namanya aja gadget, ya tidak terlepas yang namanya Internet. Nah, setelah berlangganan paket Internet, alangkah baiknya untuk menggunakannya sesuai kebutuhan. Awas jangan boros kuota! Kalau kuotanya boros cepat habis, nanti beli pulsa lagi, tambah duit lagi.... mending uangnya itu untuk hal yang lain saja! 

Yang terakhir, kalaupun mau kemana-mana bawa gadget seperti ke sekolah, kampus, dan di tempat umum, gunakanlah untuk hal yang bermanfaat saja, jangan untuk berbuat hal yang negatif. Kalaupun untuk bermain game yang akan melepas kesuntukan di sekolah/kampus, ada waktunya, jangan bermain game pas mendengarkan pelajaran dari guru/dosen. Sayang banget kan beli gadget mahal, eh malah disita! Itulah tips yang saya berikan jika kamu ingin mempunyai gadget. Sekali lagi, ini tergantung kamu loh, mau beli atau gak. Kalau memang gak niat punya gadget, ya jangan beli! Bukankah uang kamu itu pemberian ortu kita, kecuali kalau kamu memang punya pekerjaan sendiri dan penghasilan sendiri. Akhir kata, yukk pakai teknologi secara positif! 

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

*Reposting from Kompasiana


Senin, 04 Juli 2016

Lebaran dan Pernikahan: Sebuah Paket yang Komplit

Sumber gambar: kreditgogo.com

Halo, pembaca! Bagaimana kabar kalian?

Nggak terasa, Ramadhan akan segera berakhir. Pasti perasaannya campur aduk ya. Berpisah dengan bulan penuh berkah dan mulia, sekaligus bergembira merayakan hari kemenangan. Tentu, di saat-saat seperti ini pasti ada tradisi pulang kampung atau yang disebut sebagai  mudik, demi merayakan bersama keluarga tercinta. Bagi yang melakukannya, saya harap semoga perjalanan kali ini sampai tujuan dengan selamat yaa....

Tapi, jangan dilupakan juga, habis Lebaran nanti, ada satu momen spesial yang tak kalah bahagianya. Yup, pernikahan di bulan Syawal!

Bulan Syawal yang akan tiba menghitung hari ini, memang bulan yang pas untuk menikah. Untuk menepis anggapan masyarakat Arab Jahiliyah pada waktu itu—bulan Syawal adalah bulan sial untuk menikah, Rasulullah menikahkan Aisyah radhiyallahu anha tepat pada bulan tersebut. Jadi, selain untuk melaksanakan sunnah nabiNya, ada keuntungan lain juga, yaitu dari segi efesiensi waktu. Mengapa demikian?

Karena, momen pasca Lebaran dimana sanak saudara yang masih berada di kampung, adalah waktu yang paling pas untuk menggelar acara pernikahan. Ya, seperti yang diketahui, pada saat pernikahan, banyak saudara ‘kan yang datang demi menyaksikan kerabatnya bersanding dengan orang yang dicintai. Nah, dengan cara seperti itu, tidak perlu lagi bolak-balik kampung demi menghadiri acara, plus bisa berbahagia. Sebuah paket yang sangat komplit!

Akan tetapi, dari sisi biaya, bagi penyelenggara acara, tentu saja merogoh kocek yang sangat dalam demi menyelenggarakan pernikahan. Sudah puasa, lebaran, eh ditambah dengan bujet pernikahan. Karena itulah, untuk yang merencanakan pernikahan setelah Lebaran, sebaiknya dirancang jauh-jauh hari ya, kalau bisa setahun! :D

Ya sudah, saya ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakannya! Taqaballah wa minna wa minkum.... :)


Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Referensi: muslimah.or,id

Kamis, 09 Juni 2016

Usia ke-79 Tahun, Kemajuan Kota Metro Seperti Apa?


Kota Metro, siapa sih yang tidak mengenal kota yang satu ini. Bagi warga Lampung Tengah dan Lampung Timur khususnya, sudah akrab dengan nama kota yang satu ini. Ketiga kabupaten tersebut tergabung dalam satu kabupaten besar, Lampung Tengah yang beribukota di Metro. Namun sejak tahun 1999, sebagian kecamatan di Lamteng akhirnya berpisah dan menjadi Lamtim, begitu pula dengan Metro, yang ditingkatkan statusnya menjadi kotamadya, dan karena itulah, pusat pemerintahan Lamteng dipindahkan ke Gunung Sugih.

Sejak didirikan tahun 1937, Metro yang pada mulanya kampung dan bedeng, kini berkembang menjadi sebuah kota. Walaupun kota kecil, namun berdampak besar terhadap kemajuan ekonomi warganya maupun kecamatan tetangga (Punggur, Pekalongan, Metro Kibang dan Trimurjo). Tak heran, banyak pasar-pasar, masjid megah, taman kota, kampus, dan toko buku, semuanya ada di kota kecil ini.

Saya sudah 18 tahun bertempat tinggal di Lampung, dan sudah sering jalan-jalan ke kota pendidikan di Lampung tersebut, makanya saya paham benar suasana di kota Metro tersebut. Oleh karena itu, saya paparkan kemajuan yang diperlihatkan Kota Metro selama 79 tahun, sejak didirikan sebagai kotamadya mandiri, sampai saat ini.

1. Pasar-pasar, bank, dan toko-toko sudah lengkap tersedia
Sejak dahulu, pasar Cendrawasih dan pasar Kopindo sudah menjadi tempat utama warga Metro dan warga sekitarnya untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari, baik pangan, sandang, dan kebutuhan sekunder lainnya. Namun, seiring dengan kemajuan zaman, model pasar baru di kota Metro pun bermunculan, baik supermarket maupun minimarket.

Bagi masyarakat Metro dan sekitarnya, nama supermarket Chandra tentu tidak asing lagi. Letaknya yang strategis, di pusat kota membuat banyak orang yang mampir ke supermarket lokal ini, begitu pula, minimarket kelas atas seperti Alfamart, Indomaret dan minimarket lokal, Menara Metro, serta berbagai macam pertokoan baik toko buku, bangunan, sepatu dan lainnya, begitu juga dengan bank, bertebaran di kota kecil ini.

Namun, keberadaan supermarket di Metro, tidak sendiri. Pada tahun kemarin, Giant Express, hadir di Kota Metro, terletak di Jalan A. Yani, yang berjarak 1 km dari pusat kota. Tentunya, ini menjadi tempat alternatif pilihan berbelanja masyarakat di supermarket, karena kebutuhan tidak jauh berbeda dan sama lengkapnya, dibanding Supermarket Chandra yang sudah lebih dulu ada.

2. Ada Mall di Samping Pasar Cendrawasih
Pasar-pasar Cendrawasih dan Kopindo sudah berdiri sejak 1980-an, yang berarti bangunan tersebut sudah tua dan perlu ada pasar yang lebih modern. Pada era 2010-an, dibangunlah Metro Mega Mall, pusat pembelanjaan terpadu yang terdiri dari ruko dan toko-toko lainnya (namun, nggak mirip-mirip amat dengan mall modern di kota besar). Keberadaan mall tersebut akan menjadikan Kota Metro sebagai kota terbesar kedua di Lampung, setelah Bandar Lampung. Tentu saja, akan meramaikan jumlah pengunjung yang akan bebelanja di mall baru tersebut.

3. Ada Restoran KFC dan Timezone di Pusat Kota Metro
Ternyata, Kota Metro juga memiliki restoran KFC lho! Restoran yang terletak di pusat kota Metro tersebut dikenal dengan ayam goreng yang lezat, dan tepat di sebelah kiri KFC, ada toko buku Salemba. Di lantai dua, terdapat tempat jualan pakaian dan tas, dan di lantai puncaknya, ada Timezone, wahana bermain bagi anak-anak. Ketiga tempat tersebut tehubung dengan Chandra Supermarket yang terletak di Pertokoan Sumur Bandung.

4. Masjid Taqwa hadir dengan tampilan baru
Masjid yang satu ini memang menjadi icon Kota Metro, dan menjadi masjid terbesar dan termegah di Kota Metro. Namun sekarang, Masjid Taqwa tampil ‘beda’ dengan arsitek bangunan yang jauh lebih indah, dan dapat menampung jamaah yang lebih banyak. Padahal, bangunan ini dahulunya masjid sederhana dari kayu yang dibangun pada era kolonial, dan diperluas pada tahun 1969, dan direnovasi tahun 1989. Setelah lebih dari 20 tahun, masjid Taqwa kemudian dipugar tahun 2013 dan selesai satu tahun kemudian. Bangunannya kini berlantai dua dengan arsitek yang lebih modern.

5. Air mancur di Taman Kota yang Berganti dengan Tugu Kota Metro
Dahulu, bangunan di tengah taman kota Metro, berupa air mancur berbentuk lingkaran. Namun, air mancur di tengah taman tersebut menghilang dan berganti dengan tugu Kota Metro, dengan bola dunia yang terbuat dari perunggu. Tugu tersebut dinamakan dengan tugu Meterm, yang akan mengenang kembali tugu yang sama (lama) yang dibangun oleh Kolonial Belanda.

6. Dibangunnya Perpustakaan di Jantung Kota Metro
Perpustakaan yang terletak di Kota Metro ini dibangun pada tahun 2002, dan menjadi salah satu tempat yang ramai dikunjungi oleh pelajar dan mahasiswa. Setiap harinya, banyak pelajar dan mahasiswa yang datang untuk membaca dan meminjam buku. Tentunya, ini merupakan awal yang baik untuk mencerdaskan generasi bangsa.

Namun, tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, tak terkecuali Kota Metro. Meskipun telah menjadi kota pelajar di Lampung, bukan berarti tidak ada kekurangannya. Berikut ini ada beberapa kekurangan/yang belum ada di Kota Metro:

1. Belum ada PTN mandiri yang berdiri di kota Metro, minimal Universitas.
Meskipun ada PTN, itupun cabang, seperti PGSD Unila, dan ada 1 PTAIN, walaupun hanya sekolah tinggi, yaitu STAIN Metro, sisanya adalah PTS. Hal ini sangat memberatkan calon mahasiswa yang kurang mampu, apalagi calon siswa yang ingin kuliah di luar kota namun dilarang oleh orangtuanya. Sebagai kota pendidikan, seharusnya kota Metro memiliki minimal 1 PTN dengan jurusan yang lebih lengkap seperti di Unila (baca di sini), agar calon mahasiswa tak perlu jauh-jauh ke luar kota demi menempuh pendidikan yang lebih tinggi, agar disetarakan dengan kota pelajar seperti Bandung, Yogyakarta, dan Malang yang lebih dahulu memiliki  PTN.

2. Belum memiliki Toko Buku Gramedia di Kota Metro
Sebagai kota pendidikan, keberadaan toko buku berkualitas mutlak diperlukan. Walaupun sudah memiliki perpustakaan daerah dan beberapa toko buku, bagi saya belumlah cukup. Banyak masyarakat yang tetap saja kesulitan mendapatkan buku tertentu, apalagi buku-buku terbitan kelompok KG, sehingga mereka terpaksa menuju ke Bandar Lampung demi membeli buku (selengkapnya baca di Kapan Toko Buku Gramedia Hadir di Kota Metro).
Ingat, kehadiran Toko Buku Gramedia di Kota Metro hanya sebagai pelengkap, tanpa mengensampingkan toko buku yang telah ada. Ini bertujuan untuk memperkaya koleksi buku dan mempermudah masyarakat untuk mendapatkan buku-buku tertentu. Dengan beragamnya buku, berarti banyak pilihan masyarakat Metro dan sekitarnya untuk membeli buku.

3. Bioskop di Kota Metro tidak seaktif dahulu
Pada era 90-an, ada 3 bioskop yang berdiri di Kota Metro, namun saat ini, satu-satunya bioskop yang terletak di Supermarket Chandra, sekarang tidak aktif lagi, bahkan tempat poster jadwal film dibiarkan kosong tanpa dipasang poster film. Bahkan Gedung Bioskop Nuban Ria, yang berdiri tahun 90-an, telah dihancurkan karena sudah habis masa pakainya.
Bagi pecinta film, tentu saja gigit jari, karena bioskop satu-satunya di Chandra, tidak aktif lagi. Seharusnya perusahaan bioskop papan atas seperti XXI, Cinemaxx, dan sebagainya, segera membuka bioskop di Metro, agar pengunjung dapat dipuaskan dengan film lokal maupun asing, tanpa harus jauh-jauh ke Bandar Lampung.

4. Buku-buku di Perpustakaan Metro Kurang di-update
Waktu saya berkunjung di Perpustakaan Metro, saya merasakan buku-buku yang tersedia hanya koleksi lama, buku baru masih jarang tersedia. Tentu saja, untuk mendapatkan buku yang diinginkan untuk berbagai keperluan, terpaksa harus beli di toko buku dan mengeluarkan biaya yang banyak.

Ya, begitulah kemajuan Kota Metro saat ini. Semoga kedepannya, Metro akan semakin maju.

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Sabtu, 14 Mei 2016

Adzan Lokal di Daerah


Dulu, saat adzan Maghrib dan Subuh tiba, biasanya wilayah Jakarta saja yang disiarin. Makanya ada yang bingung, di TV sudah adzan tapi di wilayah luar Jakarta malah belum mulai bahkan adzannya sudah lewat. Di Lampung, walaupun adzan dari Jakarta disiarin bukan berarti langsung bisa sholat ‘kan yaaa. Di Makassar, orang-orang di sana malah menganggap adzan tersebut “tidak berlaku” karena sebentar lagi sudah masuk waktu shalat lain. Misalnya, di Jakarta sedang adzan maghrib, di sana sudah mau isya’. Apalagi pas stasiun-stasiun TV di Jakarta lagi nyiarin adzan subuh, di Papua malah matahari sudah terbit, menandakan pagi telah tiba dan warganya telah memulai aktivitasnya.

Nah, karena perbedaan waktu di Indonesia (mengingat Indonesia terbagi atas 3 zona waktu), maka dicetuslah adzan lokal. Dulu kok suka bingung, mengapa stasiun-stasiun TV MNC Grup (RCTI, MNCTV, Global TV) tidak menyiarkan adzan maghrib, justru diblokir sama iklan. Begitu juga SCTV dan Indosiar juga melakukan hal yang sama. Ooh itu alasannya, karena waktu adzan di daerah-daerah berbeda-beda! Waaah, saya mengerti juga. Mau tahu jawaban lengkapnya? Baca aja artikelnya di Kompasiana ini.

Makanya itu, biro MNC Grup di daerah-daerah secara mandiri melakukan inisiatif menyiarkan adzan lokal, kecuali di daerah Bali, bukannya menyiarkan adzan—malah diganti dengan Puja Tri Sandya. Jelas saja, agama Hindu ‘kan mayoritas orang sana. 

Begitu juga dengan stasiun-stasiun lain. Biro-biro Trans TV, Trans 7, iNews TV, disusul TV One dan Kompas TV  di daerah sudah memblokir adzan maghrib dengan acara-acara unggulan mereka. Pasti mereka ada videonya, hehe :D. Kalau ANTV sih malah ditayangin adzan Jakarta dan Lampung sekaligus (tergantung kebijakan penayangan adzan di biro daerah sih). Terus habis itu? Ketika tiba waktu adzan, ya mereka menyiarkan adzan lokal tersebut.

Oh ya, dulu SCTV dan Indosiar hanya memberi pemberitahuan waktu masuk waktu shalat walaupun acara sedang berlangsung, yaa seperti pemberitahuan waktu pertandingan olahraga seperti sepakbola dan bulutangkis (karena kalau tetap disiarkan, ya pemirsanya malah nggak bisa mengikuti sebagian perjalanan pertandingan). Tapi sekarang mereka akhirnya menyusul juga, menyiarkan adzan lokal secara mandiri. Saluut deh!

Kalau begitu, apa kabar RTV? Mengapa belum ngambil tindakan menyiarkan adzan lokal? Apalagi Metro TV, walaupun udah ada siaran lokalnya, masih saja enggan menyiarkan adzan lokal. Apakah mereka belum siap? Yaaa semoga saja perlahan-lahan, mereka menyusul.

Update: NET. TV sekarang sudah menyusul menyiarkan adzan lokal pas bulan Ramadhan. Semoga tetap istiqomah di bulan-bulan lainnya yaa...

Adzan Subuh di TV Lokal

Sekitar pukul 03.00 sampai 05.00, adalah waktunya kebanyakan TV-TV lokal untuk bersiaran. Biasanya sih tentang daerah-daerah setempat, kadang dicampur sama daerah lain. Contohnya, di Lampung, selain menyiarkan tentang Lampung, juga menyiarkan tentang daerah-daerah di wilayah Sumatera, kadang di Jawa dan sebagainya. Ada yang menyiarkan acara kerohanian, terutama ceramah agama. Akan tetapi, ada juga stasiun-stasiun TV yang menyiarkan acara lokal pada siang dan sore hari. Kalau malam, hampir nggak pernah.

Sayang juga, walaupun masih bersiaran lokal, mereka lalai untuk menyiarkan adzan subuh. Kalaupun sudah kembali bersiaran nasional, tetap aja nayangin adzan untuk wilayah Jakarta. RCTI misal, nggak menyiarkan adzan subuh lokal—malah kultum tetap jalan dibawah label RCTI + nama biro daerah. Yaa ampun!

Sepengamatan saya, Trans 7 tetap konsisten menyiarkan adzan subuh lokal, baik saat bersiaran lokal maupun kembali ke siaran nasional. Kok Trans TV tidak mau ikutan siaran adzan subuh lokaaaal? Padahal “kembarannya” Trans 7 pernah menayangkannya, tapi sekarang nggak lagi.

Oh ya, walaupun acara-acara SCTV dan Indosiar sedang ditayangkan,  tapi biro lokal di sana akhir-akhir ini tetap “memotong” dengan menyiarkan adzan subuh lokal. Yaa, bagus juga!

Ada tambahan lagi, dulu Kompas TV kadang nyiarin adzan subuh, kadang nggak, tapi sekarang sudah menyiarkan adzan subuh saat bulan puasa. Semoga bisa dipertahankan, dan bisa konsisten!

KPI Melarang Menyisipkan Iklan Saat Adzan pada Saat Bulan Puasa, Tepatkah?

Saya pernah baca berita, bahwa saat bulan Ramadhan nanti, KPI akan melarang menyisipkan iklan saat adzan maghrib sedang berlangung. Apa tindakan memblokir adzan dengan iklan itu salah? Bagi KPI sih salah karena khawatir adzan nggak bisa dinikmati oleh pemirsa, tapi bagi saya itu tepat. Kalau tujuannya untuk siaran nasional, gak masalah jika diblokir adzannya. Pokoknya untuk wilayah Jakarta dengan di seluruh Indonesia (via satelit palapa D) ada “saluran” sendiri-sendiri, ‘kan? Dibagi dua maksudnyaaa.

Harusnya, KPI harus berpikir ulang untuk melarang hal tersebut. Karena adzan ‘kan termasuk masalah wilayah. walaupun pelarangan itu berhubungan dengan syiar agama (memang berdalih seperti itu). kalaupun pada akhirnya pelarangan itu nggak dipatuhi oleh stasiun-stasiun TV, jangan salahkan mereka ya! Atau, jika mereka terpaksa tidak memblokir adzan dan menayangkan adzan, ujung-ujungnya ya wilayah Jakarta. Kadang nantinya ya bingung udah boleh berbuka atau belum. Jadinya, biro-biro TV di daerah-lah yang berinisiatif untuk memblokir adzan sendiri dengan acaranya!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Rabu, 09 Maret 2016

Gerhana Matahari (Sebagian) di Lampung, Bisa Terlihat Kok!

Maret 09, 2016 Nahariyha Dewiwiddie
Pagi hari, sesaat sebelum gerhana matahari

Yeeeah! Tiba saatnya 'tuk lihat gerhana matahari!

Pagi ini, setelah saya beres-beres dan sarapan, saya keluar rumah dengan berbekal pinhole yang saya buat kemarin. yaa langsung saja, saya arahkan ke cahaya matahari. soalnya kalau natap langsung, rasanya mata ini pengen menjauh! silaaaauuu!

Oke, setelah cahaya melewati lubang lalu diproyeksikan di bagian kertas putih, serta mata kita yang mengintip di lubang samping ke dalam kotak, baru terlihat, matahari memang tertutup bulan. tapi bentuknya kayak bulan sabit, iyaa gak papa kok.

Sekadar info nih, Lampung baru akan dilewati gerhana matahari pada tahun 2096. waduuh, lama banget! masihkah kita berhembus nafasnya pada usia setua ini?

Nih, saya tunjukkan gambar penampakkannya:


foto gerhana sebelum diperbesar


foto gerhana setelah diperbesar


Pemandangan saat gerhana matahari

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Selasa, 08 Maret 2016

Cara Sederhana Membuat Pinhole (Kamera Lubang Jarum)

Maret 08, 2016 Nahariyha Dewiwiddie
Lampung tidak dilintasi GMT? Ya sudahlah. Apa saya berkesempatan untuk melihat gerhana lagi? Bisa kok, sangaaat bisa! Kan Lampung letaknya di bawah daerah yang terkena GMT. Hanya saja disini, yang terjadi adalah gerhana matahari sebagian, dimana bulan menutupi matahari kira-kira sebesar 90 persen.

Karena kebanyakan masyarakat melihat berita gerhana lewat televisi, pasti masyarakat pada cuek aja, gak lihat gerhana matahari. “Eh disini kalau gak dilintasi GMT, kita tak bisa lihat gerhana!”. Sebenarnya, itu salaaah besar!

Gak ada yang mustahil kok, pada dasarnya semua daerah di Indonesia punya kesempatan yang sama untuk melihat gerhana matahari. Cuma, hanya di daerah-daerah tertentu aja yang mengalami gerhana matahari secara total. Selain itu, hanya sebagian dengan prosentase bulan menutupi matahari, tergantung lokasinya sih, berbeda-beda. Jakarta, ibukota Indonesia aja yang dekat Lampung, bisa kok matahari di sana terkena bulan!

Bagi kalian yang mau lihat gerhana matahari, sebaiknya pakai aja kacamata gerhana, agar tidak merusak mata dan menjadi buta. Bukankah mata adalah indra yang wajib kita syukuri? Tapi masalahnya, hanya tersedia di daerah-daerah tertentu yang dilewati GMT. Di sini, mana adaaaa? Kalau punya anggaran lebih, bisa kok beli secara online, hehe :D. Tapi belinya jauh-jauh hari ya!

Ya sudah kalau begitu. Langsung menyerah ya gak lihat gerhana? Iyaaa gak laah!
Ada cara lain untuk bisa menikmati gerhana matahari. Yaitu menggunakan pinhole atau kamera lubang jarum. Kita bisa membuat sendiri kok di rumah, dengan bahan-bahan yang tersedia di sekitar kita. Kalau bahan-bahan ternyata gak ada, ganti aja yang ada, simpel aja kok!

Beruntung, tadi pagi saya sempatkan menonton acara di Kompas TV tentang cara membuat kamera lubang jarum. Yaa sudah lama saya ingin buat, bahkan dari beberapa hari sebelumnya, tapi masa’ lihat youtube demi buat kamera itu? Borosin kuota. Mending ikutin tata caranya di TV itu. sederhana sekali buatnya bukan?

Selepas saya menonton itu, langsung saya cari bahan-bahannya. Ada kok bahan yang didapat dari minta ke tetangga. Selebihnya, ada kok di rumah! bahan-bahan yang disiapkan untuk membuat kamera lubang jarum ini adalah:

* Kardus bekas
* Alumunium foil (ganti aja dengan kertas rokok berwarna perak, simple ‘kan?)
* Cutter (saya pakai pisau dapur)
* Kertas HVS, dipotong sesuai ukuran kardus (pakai aja kertas HVS di Notebook kecil)
* Selotip atau lakban
*Jarum (saya pakai jarum pentul yaa)





Caranya adalaaaah:

1. Lubangi salah satu sisi kardus yang panjaaang itu, secukupnya aja, yang penting cukup buat melihat bayangan dari dalam kardus



2. Di salah satu sisi kardus yang pendek, lubangi. Nah, tempat inilah yang bakal ditempel alumunium foil dengan lakban. Dan bagian tersebut akan dihadapkan ke matahari, nantinya.




3. Di sisi lainnya, gak usah dilubangi yaa, cukup tempelkan kertas HVS putih pakai lakban juga, di dalam kardus itu, sebagai tempat untuk menangkap bayangan matahari melalui lubang jarum.



4. Habis itu, gimana? Tutup aja atasnya dengan lakban, biar kedap cahaya gituuu.



5. Terakhir, lubangi sisi yang ditempel alumunium foil, dengan jarum. Gak usah terlalu besar kok, cukuup selebar lubang jarum



Taraa, akhirnya Kamera Lubang Jarum sudah jadiii!

Tesss... Tesss...

Buat kamera lubang jarum, sudah. Sekarang, bagaimana cara tesnya, ya?

Oke. Kali ini saya hadapkan ke matahari, waktu itu sih sekitar jam sepuluh pagi, jadi saya harus membelakangi matahari ke barat biar kesehatan mata terjaga. Habis dapat sinarnya, lalu lihat bayangan yang menembus lubang lewat samping kardus yang saya bolongin. Ternyata, BISA! Terus saya tutup aja lubangnya, jadi bayangan tak bisa lihat. Buka lagi, bayangannya nembus juga!



Okelah, pinhole saya sudah siap buat lihat gerhana matahari besok. Selamat menikmati gerhana matahari, ya, Indonesiakuuu!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Senin, 08 Februari 2016

Berburu Buku Murah di Gramedia Pink Festival

Februari 08, 2016 Nahariyha Dewiwiddie

Seperti yang pernah saya bahas di blog sebelumnya, kali ini saya berusaha untuk datang ke bazar buku yang diadakan oleh Gramedia. Dan mimpi saya, akhirnya terwujud! Terlebih, kegiatan bazar buku tersebut telah disiarkan di Kompas TV Lampung. waaah, rasanya ingin mengalaminya langsung. Haha.

Setelah saya menabung, mengumpulkan uang, akhirnya pada tanggal 3 Februari, saya bersama mama pergi ke Toko Buku Gramedia Tanjung Karang, tempat mengadakan bazar buku yang bertajuk Pink Festival itu. Yaa seperti biasa, berangkatnya naik mobil travel dengan butuh waktu tempuh selama 2 jam, meskipun sempat diminta menunda kepergiannya, tapi demi jalan-jalan dan buku, rasanya tidak tertahankan lagi untuk segera kesana... huuuh dasar! *berusaha sabar*

Sesampainya di sana, saya langsung melihat-lihat bukunya. Waaah, banyak yang bagus-bagus! Saya aja bingung milih buku yang mana. Apalagi melihat isi cover dan bukunya yang warna-warni dan ada gambarnya, yang bikin saya tergoda untuk segera mengambilnya. Selain itu, kualitas buku-buku yang dijual di bazar Gramedia inilah yang membuat saya semakin tertarik untuk segera kesana. Kalau buku-buku yang dikonsumsi berkualitas, semakin bermutulah pikiran dan tulisan kita. Setujuu?

Nah, jika dibandingkan dengan bazar buku yang diadakan di kota terdekat saya, Metro, memang banyak buku yang dipamerkan, tapi yang diterbitkan oleh penerbit ternama alias mayor yang bermutu kayak penerbit Kompas Gramedia Grup dan Mizan, malah jarang ditemui. Sudahnyaaa minta ampun! Tapi beruntung lho, ada bazar buku satunya di Gedung Wanita, yang ada buku-buku berkualitas. Meskipun waktu pelaksanaannya sangat singkat, tapi pada hari terakhir tahun 2015, alhamdulillah masih sempat untuk menyambangi dan membeli bukunya!

Yang membuat saya tertarik itu, adalah buku karya-karya Kompasianer. Sempat juga lihat buku Kopi Sumatera di Amerika karya bung Yusran Darmawan, tapi apa boleh buat, terpaksa saya tidak beli dulu. Apalagi buku Mukjizat Sabar terbitan Mizan itu. Yaaah, bukannya tidak mau ya, isinya bagus-bagus, Cuma bukunya kelebaran, apa muat di rak buku meja belajar, dan terus, mau diraruh ke mana lagi? Yasudah.

Sembari beli buku, saya tanya-tanya buku yang saya beli, harganya berapa. Kok tanya segala sih? Bukannya di belakang buku udah ditempel stiker-nya. Waaah, memang saya ini bodoh. Gak tau di belakang buku udah tercantum harga buku yang murah itu. Dikirain, stempel buku dengan harga normal yang superrrmahal itu. Ya sudah, lain kali, kalau beli, ya sambil lihat harganya. Bukankah begitu? Ya, sambil belajar pengalaman baru, hehe :D

Oiya, di bazar buku Gramedia ini, ada beberapa penjual makanan-minuman, juga aksesoris menarik. Tapi, gak sempat nyoba makan di sana, sudah keburu zuhur dan waktunya untuk menunaikan shalat. Buku-buku yang dijual di bazar tersebut memang lengkap, sayangnya gak ada buku ABC-nya sih. Padahal kalau ada kan bisa kebantu ya buat belajar si ponakan, biar bisa baca dan nulis. Bukannya bagus ya buat kecerdasan otaknya?

Setelah puas belanja, akhirnya waktunya bayar. Hanya dengan uang 100rb, bisa mendapatkan 6 buku yang jika ditotal, ya hanya menyisakan kembalian 1000 saja. Haaah? Iya memang, jumlah keseluruhannya 99 ribu! Memang gak sebanyak buku yang dibeli pas Kumat di Matraman oleh beberapa orang sih, tapi lumayaan lah, ketimbang dengan harga segitu, hanya bisa beli dua, bahkan tiga buku, ya jadi mengingatkan saya dengan kunjungan ke Gramedia Lampung, untuk yang pertama kali. Biasa, buku ‘kan harganya selangiiiit!

Buku-buku yang saya beli tersebut antara lain:

Buku terbitan DIVA Press:
1. Syukuri Apa yang Ada – Insan Nurrohiem, Rp 20000
2. Ngaji, Yuk! – Ibnu Rusydi al-Anwar, Rp 20000

Buku terbitan Mizan Grup:
1. Aku Bukan Siti Nurbaya – Ahmad Rifa’i Rif’an, Rp 12000
2. Ungkapan Hikmah – Komaruddin Hidayat, Rp 20000
3. Karena Allah Selalu Bersamamu -  Qomaruzzaman Awwab, Rp 15000
4. Ranjau Biografi – Pepih Nugraha, Rp 12000

Memang, buku yang saya beli kebanyakan buku agama dan motivasi, biar bisa ikutan terinspirasi dan ujung-ujungnya, dapat siraman rohani yang efektif pula! Hehe. Dan, saya puaas banget dengan apa yang saya belanjakan kali ini, meski masih ada keinginannya sih, ya udah kumpul-kumpulin dananya dulu, ah! Semoga saja masih ada, baik di bazar buku lainnya maupun di situs belanja online. Pokoknya, nyari suasana baru pada bazar buku itu, menyenangkan!

Mau merasakan sensasi bazar buku Gramedia ala saya? Tenaaang, masih ada waktu kok untuk bazarnya, sampai tanggal 14 Februari nanti. Jangan sampai ketinggalan ya!

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Sabtu, 06 Februari 2016

Episode Eat Bulaga! Indonesia: 20 Juta yang Membuat Saya Terharu

Februari 06, 2016 Nahariyha Dewiwiddie
Sumber gambar: wikipedia.org

Dari banyak episode The New Eat Bulaga! Indonesia, segmen Maju Terus Pantang Mundur yang saya tonton, setelah ada sepasang suami istri yang pada episode lalu berhasil mewujudkan pulang kampung di suatu daerah yang tidak terlalu jauh dari Jakarta, dengan uang tunai 8 Juta, ada satu kisah yang berhasil membuat saya terharu. Bagaimana tidak, keberuntungan mendapatkan uang puluhan juta ini justru jatuh pada seorang nenek tua yang hidup sebatang kara. Lha, bagaimana ceritanya?

Beliau ini salah satu korban kerusuhan, yang mengakibatkan seluruh anggota keluarganya meninggal. Nah, pas kerusuhan itu, beliau sedang berada di Kota Balikpapan karena ada sebuah undangan. Secara otomatis lah, beliau satu-satunya orang yang selamat.

Saking kangennya pada keluarganya, ibu tua ini berziarah ke kuburan massal dimana seluruh keluarganya dimakamkan. Bahkan, kalau ada rezeki ini, akan digunakan untuk beramal. Ada lagi, beliau punya hutang 20 juta sewaktu mengasuh anak angkatnya yang kini kabur gara-gara kenal dengan seorang pemuda, dimana 12 juta-nya telah dilunasi. Waaah, niat baik beliau, mulia banget, ya! semoga dibalas dengan imbalan setimpal, aamiiin....

Setelah mencurahkan isi hatinya, ibu itu dipersilakan untuk memilih kotak yang berisi huruf-huruf yang jika susunannya tepat, akan mendapatkan 25 juta rupiah. Karena beliau tidak mengenyam pendidikan, maka dialihkan ke seorang tetangganya untuk menyusun deretan kotaknya. Setelah selesai disusun, satu per satu kotak dibuka, lalu terbentuklah susunan kotak yang menghasilkan 2,5 juta rupiah.

Sewaktu permainan ini berjalan, “godaan” datang. Kali ini, datanglah dua orang presenter yang membawa tiga benda: kotak merah, kotak berbentuk hati, dan tongkat. Beliau menolak kotak berbentuk hati yang isinya 15 juta, kemudian permainan dilanjutkan dengan membuka kotak depan yang isinya angka dua, menggenapi 3 juta rupiah.

Kemudian, penawaran untuk stop, datang lagi. Beliau sempat bimbang, mau lanjut atau stop dengan salah satu bendanya. Akhirnya, beliau tidak melanjutkan permainan dan uang 3 jutanya ditarik, serta lebih memilih tongkat, karena alasan penglihatannya yang semakin menurun sehingga dengan bantuan tongkat, ibu tua tersebut bisa melakukan aktivitas. Saat ditanya oleh Bos Uya, isinya berapa? Beliau jawab dengan perasaan yakin: 20 juta!

Nah, ketika membuka kotak merah yang beliau tolak, isinya hanya 500rb. Dan saat detik-detik dimana sang presenter membuka kertas yang disematkan pada tongkat, isinya memang tepat dengan tebakan ibu tua tersebut, 20 juta rupiah. Beliau langsung sujud syukur, sembari mengucapkan terima kasih ya Allaah... sampai berulang kali!

Ya, Jum'at kemarin, benar-benar berkaah! Niat baik untuk beramal dan membayar hutang, akhirnya terkabulkan juga. semoga pada sisa umur hidupnya, bisa bermanfaat bagi orang lain.

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini