Senin, 14 November 2016

Memilih Kuliah Ilmu Perpustakaan, Menyatukan Jati Diriku

November 14, 2016 Nahariyha Dewiwiddie
Sumber gambar: LinkedIn

Apapun kegiatan yang dilakukan terasa alami, tergantung bakat yang dimiliki -- myQuote

Banyak orang yang ketika menjalani studi, merasakan kehampaan dan ketidaknyamanan, bahkan merasa tersesat. Itu semua karena mereka berpikir instan, memilih jurusan semaunya. Akibatnya, pelajaran yang mereka terima itu tidak nyambung, gagal paham, bahkan bisa menyeret mereka pada status DO (drop out).

Kenapa ya, semuanya bisa terjadi? Faktanya, ketika mereka menjalani studi yang berbeda dengan bakat, semudah apapun materinya, tidak akan bisa dipahami dengan baik. Logikanya, jika kita berani melawan Tuhan, akan kalah telak dihadapanNya. Begitu juga dengan melawan kodrat bawaan diri yang berupa talenta. So pasti, sifat bawaan yang terdapat dalam benak akan menolaknya!

Itulah yang dirasakan betul oleh saya, dan pada akhirnya, saya kembali ke fitrah. Itulah salah satu konsep pada agama yang saya yakini. Tapi, bukan itu yang saya maksud. Ini berkenaan dengan proses pencarian jati diri saya; berkaitan dengan bakat dan minat. Di KBBI juga begitu, fitrah bisa diartikan "bakat, pembawaan". Dan, akhirnya saya telah menemukan passion-ku yang sebenarnya: dunia buku, kepustakaan, membaca, juga menulis. Tanpa ragu lagi, saya memutuskan untuk kuliah di jurusan Ilmu Perpustakaan!

Saat saya duduk di bangku sekolah, saya seringkali kehilangan arah. Tak jelas minatku seperti apa. Inginnya sih di bidang sains. Makanya, waktu SMP saya ikut ekskul Biologi, dan di SMA saya bergabung di kelompok KIR dan masuk jurusan IPA. Tapi, entahlah, rasanya saya menjalaninya dengan bermuka dua: di satu sisi merasa semangat tapi di dalam hati kurang ada kecocokan. Pantas saja, nilai matematika-ku sering mendapat nilai jelek... :'(

Dan setelah tamat SMA, saya menceburkan diri di dunia menulis, belajar merangkai kata-kata. Kemudian saya mendapatkan pencerahan ketika saya menghadiri bedah buku bersama Dominic Brian. Oke, dari pelajaran itu, saya ambil kesimpulan: tidak akan memilih jurusan kuliah kecuali sesuai bakat dan minatku!

Gara-gara hal itu, saya dipaksa untuk kembali di dunia membaca setelah saya membaca pernyataan bahwa jika ingin lancar menulis, harus banyak-banyak membaca. Oleh karena itulah, saya beranikan diri membeli banyak buku untuk dibaca, ditambah dengan motivasi minat baca yang terus meningkat dengan banyak baca artikel tentang dunia membaca di Internet. Lalu, dengan bahan bacaan dari buku itulah, saya akhirnya membuat banyak artikel yang bermutu.

Puncaknya lagi, setelah saya membaca buku I Love Monday, saya didorong untuk mencari potensi yang terdapat dalam diriku. Setelah menemukan potensi kecerdasanku, saya membaca kegiatan pustakawan di salah satu sekolah negeri di Metro lewat blog, juga website-nya. Dan tahukah kalian, bahwa perjumpaan pertama saya dengan kedua laman ini gara-gara tersesat di mesin pencarian tentang Gramedia Metro!

Saya sadar, mencoba untuk melawan kodrat bawaanku rasanya mustahil. Dan pada akhirnya, saya diarahkan untuk menemukan potensi alami dan jati diriku yang sebenarnya. Membayangkan masa kecilku yang suka dan akrab dengan buku dan pergi ke perpustakaan sekolah, bahkan sampai menemukan permasalahan akan kurangnya buku di perpustakaan SMA. Saya merasakan ketertarikan akan buku begitu kuat walaupun saya sudah memasuki masa dewasa. Saya pun akhirnya mengetahui, bahwa sebetulnya bakatku bukan di bidang sains, melainkan berada di ranah linguistik; berhubungan dengan bacaan.

Bayangkan, jika orang tua tidak mengizinkanku untuk membeli banyak buku, saya merasa hidupku terombang-ambing dan tak tahu arah. Bisa jadi saya akan nekad bekerja di luar kota, atau berdagang buku di tempat terpencil.

Saya juga terinspirasi dari tokoh-tokoh yang begitu suka membaca dan ingin menyebarkan virus membaca, sebut saja duta baca Najwa Shihab, Tantowi Yahya, juga Andy Noya yang suka membagikan buku ke penonton di studio Kick Andy. Ditambah pustakawan Sugeng Hariyono, pemilik Motor Pustaka di Lampung Selatan, dan Luckty Giyan Sukarno, pustakawati di Smanda Metro. Saya ingin seperti mereka....

Makanya, saya putuskan mengambil kuliah (kembali) di jurusan Ilmu Perpustakaan yang antimainstream itu. Bukan hanya karena peluang karier yang besar, tapi sekaligus bisa melampiaskan hasrat dan jati diri yang terdalam. Tapi, karena saya tinggal di pedalaman daerah dan jauh dari ibukota provinsi, tak ada pilihan lagi, selain belajar di Universitas Terbuka. Dan insyaAllah, tahun 2017 nanti, akan memulai kehidupan baruku sebagai seorang mahasiswi.

Semoga kalian bisa terinspirasi dan saya bisa meraih cita-citaku.... :)

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini