Rabu, 05 Juli 2017

Apa Kabar, Kondisi Jalan-jalan di Lampung Tengah?


Tak salah, saya memilih (calon) bupati Mustafa ketika Pilkada Serentak akhir 2015 lalu. Soalnya, sebelum pemilihan dilakukan, sempat ada kabar, sayup-sayup, atau entahlah apa namanya, yang menyarankan tidak memilih calon bupati tertentu. Sudah, saya milih yang lain saja.

Nah, alasan saya memilih Pak Mustafa karena beliau adalah wakil bupati yang mendampingi bupati sebelumnya, Pak Pairin, jadinya beliau sudah punya pengalaman. Oh ya, Pak Pairin sekarang sudah jadi walikota Metro, lho. Asal tahu aja, Metro dulunya adalah bagian dari Lampung Tengah, sebelum memisahkan diri pada tahun 1999, menjadi kotamadya sendiri.

Dan, kebijakan yang dibuat Pak Mustafa akhirnya ada yang terbukti, meskipun hanya dirasakan sebagian. Ya, namanya aja tindakan dari sebuah program pemerintahannya, perlu waktu. Ditambah lagi, luas Lampung Tengah, menjadi wilayah terluas no.3 di Lampung, (masih kalah sama Lampung Timur yang dulunya masih jadi bagian dari kabupaten ini). Pantesan, ya, mau ke kecamatan lain, kadang perlu waktu 1 jam lebih....

Ya sudahlah, mengurus kabupaten yang luasnyaaa minta ampun, memang sulit. Apalagi ditambah dengan berbagai permasalahan, salah satu yang paling banyak, tentu saja jalan-jalan yang rusak! Karena itulah, rencana Pak Bupati Mustafa untuk membangun jalan kampung beraspal, tentu diacungi jempol, tentunya dana yang digunakan, diserahkan kepada pihak desa masing-masing.

Alasannya, menurut Jejamo.com ya apalagi kalau bukan kemudahan, sehingga mobilitas dan roda perekonomian di Lampung Tengah, tidak terganggu.

Kalau udah ada kebijakan seperti itu, saya setuju. Yeay! Saya bisa bersepeda dengan aman dan nyaman, berkunjung ke rumah teman-teman dan tempat lainnya tanpa terganggu dengan jalan yang kasar dan berbatu. Soalnya, selama ini, pengaspalan jalan kampung hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu, itupun dihubungkan dengan desa lain sebagai jalur alternatif.

Dan, akhirnya, kerja nyata dari Pak Mustafa, diperlihatkan hasilnya.

Dalam tahap pertama, jalan-jalan dekat sekolah mendapat prioritas untuk diaspal terlebih dahulu. Termasuk melewati kediaman saya dan keluarga. Bentuknya, melingkar seperti huruf U. Satu lagi, jalan lurus di dekat masjid TK, TPA, dan sekolah dasar negeri, sampai batas dusun lain.

Ya, gitu aja pengaspalan di sini. Di jalan-jalan bagian lain, semoga aja bisa menyusul....

Memang pengaspalan jalan kampung di desaku terlambat, jika dibandingkan dengan dua desa tetangga yang sebagian jalannya sudah diaspal. Tapi, bukankah itu lebih baik, ketimbang tidak sama sekali?

Sekarang beralih ke jalan raya. Masih teringat di pikiran saya, zaman SMP, dimana jalan desa Totokaton menuju Nunggalrejo, Kecamatan Punggur kayak kubangan air, jadi harus ekstra berhati-hati. Setelah diperbaiki, memang jalan dilalui dengan lancar. Kalau sekarang, bagaimana? Fyuh, kembali seperti dulu: rusak menyerupai kubangan!

Karena itulah, permasalahan jalan raya harusnya tak bisa dipandang remeh. Pemerintah Lamteng hendaknya harus memperhatikan permasalahan ini, termasuk bahan baku yang diperlukan untuk perbaikan jalan. Pastikan, bahan perbaikan jalan yang digunakan adalah bahan yang berkualitas, supaya jalan raya lebih baik dan awet ke depannya.

Ya semoga saja semua kecamatan bisa diperlakukan dengan adil, biar hasilnya bisa merata, dan tak ada adegan salah satu kecamatan yang merasa dianaktirikan gara-gara kurang diperhatikan, sehingga pilih pisah dengan kabupaten yang menaunginya.

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini