Rabu, 27 September 2017

Tagged Under:

Bedah Buku Perpusda Metro yang Menginspirasiku

Share

Yaaa... sudah lama saya tidak menghadiri bedah buku!

Terakhir kali, yang paling berkesan, pas ada bazar buku Inilah Saatnya untuk Action bersama Dominic Brian, remaja pemecah rekor dunia bidang mengingat. Dan itupun diadakan di Palembang. Lha sekarang? Ingin meliput penulis lain, tapi mana bisa? Jauuuuuhhh....

Melihat agenda bazar buku yang terpampang di baliho, kesempatan nih untuk datang! Sempat mau mencatat, tapi akhirnya saya urungkan. Malu ah, saya ini warga luar, bukan orang Metro....

Tapi, saya kembali bertemu adik kelas SMP dan SMA yang tak lain adalah anggota FLP di meja regristrasi. Mendaftar. Namun, saya sendiri dan lagi lagi mewakili diri sendiri. Tak ada sahabat yang menemani. Dan, saya hanya bisa terdiam, mendengarkan apa yang dibahas keempat narasumber tersebut.

Nah, melihat warga Metro ingin menulis dan menapak prosesnya menjadi penulis, rasanya saya mbatin: "Alhamdulillah, saya lebih baik dari mereka". Ups, bukan saya berlagak sombong laiknya Iblis mengingkari sujudnya Nabi Adam, tapi saya merasa beruntung, selangkah lebih maju dari mereka.

Buktinya, di blog K saya, dengan mengantongi seratusan headline, centang biru, kurasa pembaca mengenaliku sebagai penulis yang menelurkan karya hebat. Ah, sebenarnya ini diriku belum apa-apanya, belum benar-benar sempurna, masih harus ditingkatkan lagi.

Tapi, kalau dibandingkan dengan ketiga narasumber tersebut, yang sukses menembus media cetak dan menerbitkan buku, aku mah apa atuh, siapa saya ini? Rasanya, saya belum pantas untuk melangkah lebih jauh seperti mereka, apalagi kalau dibandingin dengan penulis best-seller Erica Febriani, duuh saya bukanlah siapa-siapa....

Tapi, menurut salah satu narasumber, cara terbaik untuk menulis adalah bergabung di komunitas. Komunitas? Kurasa tidak pernah, mustahil bagiku yang introvert dan tak punya banyak relasi. Namun, saya beruntung berada dalam platform blog, dikelola oleh perusahaan ternama dan punya nama, yang terkenal dengan harian KOMPAS itu. Karena mengutamakan kualitas dan hal-hal positif, pantas saya harus berkarya, memberi tulisan yang terbaik dong...

Lalu, ada tips lainnya. Penulis memang harus membaca, tentunya. Kemudian, narasumber yang berjilbab mengatakan bahwa menulis tergantung mood. Yup, saya memang setuju. Tapi, kadang-kadang, saya harus mengalahkan rasa malas tersebut karena tergoda akan target. Kalau tidak, saya menyesal jadinya, melewatkan waktu tanpa tulisan terbaikku.

Ya, begitulah kira-kira hasil informasinya. Pokoknya, saya harus bersemangat menulis lagi dan lagi, walau hanya seorang diri. Bukankah yang membuatku lebih bahagia?

Salam hangat dan sampai jumpa lagi!

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini