Selasa, 12 Juni 2018

Tagged Under:

(Kutunggu Perjuangan Kalian, Menjadi Saksi di Kota Palembang!) Dukung Bersama Asian Games 2018

Share


Halo atlet-altet Indonesia yang kubanggakan!

Apa kabar hari ini? Mudah-mudahan, kalian baik-baik saja, bukan?

Oh ya, bentar lagi kita semua akan menyambut hari raya Idul Fitri, ‘kan? Yeaaay, aku juga begitu. Lebih gembira lagi, tahun ini aku akan mudik ke pulau Jawa; ke kampung halaman papa dan rumah kerabat dari mama. Tapi....

Kurasa, kalian tak bisa melakukan hal yang sama denganku. Bahkan, kalian harus mengorbankan diri untuk tidak berkumpul dengan keluarga. Eitts, bukan karena tidak mau atau egois. Namun, ini semua kalian dilakukan demi NAMA BANGSA!

Aku tahu, tepat pada hari Lebaran, kalian harus bertandang ke luar negeri untuk mengikuti lomba atletik. Bahkan, sebagian dari kalian pada waktu tertentu harus rela mengikuti latihan-latihan dan perlombaan baik, baik di negeri sendiri maupun sebagai tamu di negeri orang. Ya begitulah kehidupan kalian sebagai atlet yang harus dihadapi. Namun, di balik itu, yakinlah suatu saat akan dibayar dengan hasil terbaik yaitu medali emas. Percayalah, kalian pasti bisa!

***

Hmmm, kalau soal perjuangan kalian dalam meraih gelar juara, aku jadi teringat pada masa kecilku. Entah kenapa, aku malah (lumayan) suka dengan dunia olahraga. Dunia yang tak semua rakyat negeri ini menaruh hati padanya, malah berpaling pada politik yang lebih menawan.

Kurasa, aku terbawa arus dari papa yang suka dunia bola dan juga pernah jadi atlet catur dan mewakili pekan olahraga se-provinsi. Tapi, aku melihat dunia olahraga ini, lebih dari itu. Ia adalah sejenis sihir yang ampuh dalam menumbuhkan rasa nasionalisme di hatiku, selain keberagaman yang mengalir dalam diri dan kujumpai di sekitarku.

Ah, kalau kalian tahu, aku yang baru lulus SD sepuluh tahun yang lalu, sudah terkena demam “Thomas and Uber Cup 2008” yang kala itu dihelat di Jakarta. Aku jadi tergirang dengan menyaksikan perjuangan pendahulu kalian di televisi, lalu membawaku ikut bermain bulutangkis dengan teman-teman sepermainan di halaman semen dalam lingkungan pabrik dimana dulu keluargaku pernah tinggal di sana. Seru deh pokoknya!

Nah, ceritaku tentang hal ini tak cukup sampai di sini. Setiap ada Indonesia Open, aku hampir tak ketinggalan menontonnya, apalagi kalau bukan permainan apik dari Taufik Hidayat, wooow.... Dan, tak hanya itu, pada final Olimpiade tahun 2016 lalu aku bahkan rela begadang sampai melewati pukul 12 tengah malam, demi melihat penampilan terbaik Owi/Butet yang mampu melibas lawan sampai bisa merebut medali yang bisa mempertautkan tradisi emas yang  sempat terputus pada empat tahun sebelumnya.

Oh ya, apakah aku hanya menyaksikan perjuangan kalian pada cabang olahraga bulutangkis? Tidak! Aku juga menyaksikan timnas bertanding pada dunia sepakbola.

Hah, sepakbola? Enggak salah nih, padahal kamu ‘kan perempuan, masa’ olahraga laki-laki kamu suka?

Lagi, dan lagi, rasa nasionalisme yang ditawarkan olahraga mampu meruntuhkan tembok pemisah yang dibangun oleh faktor apa pun, termasuk gender. Ya, tidak salah lagi. Demi kebesaran nama bangsa dan negara kita tercinta. Pastinya, rasa kebangsaan akan tanah air tempat saya lahir dan dibesarkan ini, semakin terbuncah kala para supporter bulutangkis meneriakkan yel-yel “IN-DO-NE-SIA”, serta para pecinta timnas yang menyanyikan lagu “Garuda di Dadaku” untuk membangkitkan semangat juang para atlet-atlet yang berjuang demi nama negeri ini. Dahsyaaaat!

Lalu, setelah itu kabar perjuangan kalian akan tersebar di mana-mana. Aku pun tak mau ketinggalan. Aku merasa dibuntuti oleh berita tentang All England, Indonesia Open, Thomas & Uber Cup, Piala Sudirman, Kejuaraan Dunia, Timnas Indonesia, Asian Games dan Olimpiade, yang kesemuanya ini mendorongku untuk “mencuri” berita-berita itu. Upps, bukan mencuri  kabar secara ilegal ya, hahaha. Tapi, aku ingin tahu secepatnya, hasil yang kalian dapatkan, apakah kalian menang membanggakan, atau justru terima kekalahan dengan kelapangan batin.

***

Duhai para atlet-atletku yang sedang berjuang merebut mimpi,

Sekarang, waktu demi waktu telah berlalu. Tak terasa tahun 2018 ini telah tiba dan melewati hampir separuhnya. Namun, tahun ini ada yang istimewa, deh. Ya, bagaimana tidak wahai para atletku, kami akan menggelar pesta untuk menjamu atlet-atlet terbaik se-Asia, termasuk kalian di rumah sendiri. Ya apalagi, kalau bukan Asian Games 2018!

Tapi, apakah kami membayangkan jamuan itu seperti makan-makan di suatu tempat? Bukan itu! Melainkan, kami akan menyuguhkan kalian dan para tamu dalam bentuk pertandingan. Ya, pertandingan olahraga! Di sinilah mereka akan unjuk kebolehan dan kemampuan terbaik, siapa yang berhak, dan layak diberikan hadiah tertinggi berupa medali emas!

Kalian pun sama, wahai atlet-atlet Indonesiaku. Tapi, persaingan yang makin ketat janganlah sampai optimisme kalian terbang melayang. Aku yakin, dengan perjuangan yang lebih jujur dan sportif, latihan yang lebih keras, dan “meminjam” kekuatan Tuhan lewat lantunan doa, kalian pasti bisa, pasti bisa! Sehingga, target 10 besar perolehan medali dari seluruh Asia, tak hanya sebatas gambaran di ruang ingatan kalian.

***

Wahai atlet-atlet yang disayangi Ibu Pertiwi,

Asian Games 2018 kian mendekat dan mendekat. Kalian sudah mempersiapkan amunisi untuk berjuang membela nama bangsa. Ya, di “medan perang” olahraga sesungguhnya, di mana dua kota tuan rumah pilihan telah disiapkan untuk menjadi saksinya, Jakarta dan Palembang.

Hmmm, menyebut nama kota terakhir ini membuatku terbawa perasaan, duhai atlet-atletku. Ya, bagaimana tidak, soalnya Palembang adalah kota kelahiranku yang telah memberikan banyak kenangan dan suasana khasnya tak akan bisa tergantikan dalam hatiku. Pokoknya, menyaksikan Asian Games 2018 di kampung halaman sendiri adalah salah satu impianku yang harus diwujudkan!

Makanya, aku bertekad untuk datang dan #dukungbersama masyarakat lain yang datang dan berada di kota Pempek untuk menyaksikan perjuangan kalian untuk mengharumkan negeri kita, pada pertandingan olahraga terbesar se-Benua Asia ini. Walaupun di bumi Sriwijaya ini, adalah kota tuan rumah pendukung dan kurang lebih ada 13 cabang olahraga yang digelar.

Kalian tahu, mengapa aku tetap bertekad untuk wajib hadir sekaligus mudik di tanah kelahiranku saat games times, yang akan dibuka pada 18 Agustus nanti?

Semua ini, karena cinta.

Rasa-rasanya, perhelatan Asian Games di kota Palembang telah berhasil merayuku untuk kembali pulang. Kembali karena cinta. Cinta pada kampung halaman yang terikat dalam hatiku, dan juga pada kalian yang butuh suntikan semangat dari kami yang hadir di venue pertandingan, agar kalian—seperti yang kuharapkan—bisa mendulang medali emas lebih banyak lagi, wahai atlet-atlet kebanggaanku.

Oke, demi rasa cinta pada kota kelahiran dan negeri sendiri, kutunggu perjuangan kalian saat waktu pertandingan tiba, menjadi saksi Asian Games di kota Palembang!

Muaaachh! 

Salam cinta,
Nahariyha Dewiwiddie

0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Cari Blog Ini